REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Profesor Studi Iran dan Sastra Komparatif di Universitas Columbia di Kota New York AS, Hamid Dabashi membeberkan propaganda Israel untuk melancarkan kampanye disinformasi besar-besaran. Dengan tujuan untuk membenarkan kejahatan genosida yang dilihat seluruh dunia saat ini.
Segera setelah pasukan Israel memulai pengeboman di Gaza pada 8 Oktober 2023, sejumlah media barat mengerahkan kekuatan penuh mereka dalam melancarkan kampanye disinformasi tersebut.
Media Barat membombardir siklus berita dengan propaganda pro-Israel dan narasi yang mengalihkan perhatian dari fakta bahwa Israel terlibat dalam genosida biadab terhadap rakyat Palestina.
Propaganda yang didorong oleh media barat itu, sebagaimana dilansir Middle East Eye, pertama yaitu terkait konflik yang dimulai pada tanggal 7 Oktober, setelah serangan Hamas terhadap Israel.
Padahal sebelum pada tanggal sebelumnya, yakni 6 Oktober dan waktu-waktu sebelumnya adalah serangkaian tanggal dan fakta dalam proyek dominasi dan perampasan kolonial yang mematikan sejak Peristiwa Nakba 1948.
Sebelumnya lagi terdapat Deklarasi Balfour tahun 1917 yang bersifat rasis, yang sengaja dirancang untuk menyingkirkan kaum Yahudi Eropa, yang didahului oleh kesengsaraan Eropa di jantung dunia Arab dan Muslim serta bangkitnya Zionisme sebagai gerakan kolonial pemukim.
Bahkan, terang Dabashi, sebelum itu masih ada semangat Zionis Kristen, yang melakukan lobi untuk memaksa orang-orang Yahudi kembali ke Palestina untuk mempercepat kedatangan Mesias mereka.
Rangkaian serangan teroris Zionis terhadap warga sipil Palestina yang tidak berdaya mencakup pembantaian Deir Yassin (1948), Kafr Qasem (1956), Khan Younis (1956), Sabra dan Shatila (dibantu dan bersekongkol oleh Israel, 1982) dan banyak lagi lainnya.
"Israel didirikan atas dasar pertumpahan darah dan patah tulang rakyat Palestina jauh sebelum 7 Oktober 2023. Perdamaian juga berlanjut setelah 7 Oktober, ketika Israel kembali melancarkan serangan genosida terhadap 2,3 juta warga Palestina di Gaza," demikian pemaparan Prof Dabashi.
Dabashi juga mengungkapkan, setelah itu Israel juga mempropaganda bahwa Palestina adalah Hamas. Padahal Palestina bukanlah Hamas meskipun Hamas merupakan bagian integral dari perjuangan pembebasan nasional Palestina.
Israel dan kaki tangannya di AS dan Eropa telah mengubah kata 'Hamas' menjadi sebuah top of mind dan menyamakannya dengan keseluruhan Palestina untuk mendiskreditkan seluruh perjuangan perlawanan dan pembebasan mereka.
"Israel dan sekutunya di AS dan Eropa telah melakukan mobilisasi untuk menjelek-jelekkan Hamas, sebuah gerakan perlawanan Islam Palestina, sebagaimana namanya dengan jelas menyatakan," jelasnya.