Selasa 14 Nov 2023 09:21 WIB

Konsolidasi BTN-Muamalat Diyakini Dorong Industri Perbankan Syariah

Konsolidasi ini dinilai berkontribusi positif bagi pertumbuhan perbankan syariah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Gita Amanda
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dikabarkan akan mengakuisisi Bank Muamalat untuk dimerger dengan Unit Usaha Syariah (UUS) miliknya. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dikabarkan akan mengakuisisi Bank Muamalat untuk dimerger dengan Unit Usaha Syariah (UUS) miliknya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dikabarkan akan mengakuisisi Bank Muamalat untuk dimerger dengan Unit Usaha Syariah (UUS) miliknya. Apabila terealisasi, konsolidasi ini dinilai dapat berkontribusi positif bagi pertumbuhan industri perbankan syariah. 

"Aksi korporasi ini akan mendorong industri perbankan syariah karena akan ada bank yang lebih besar," kata Peneliti Ekonomi Syariah INDEF Fauziah Rizki Yuniarti saat dihubungi Republika, Senin (13/11/2023) lalu. 

Baca Juga

Menurut Fauziah, kelak kehadiran entitas hasil konsolidasi ini akan sangat krusial. Hal tersebut mengingat pemain Bank Umum Syariah (BUS) dan UUS di Indonesia cukup banyak namun modal yang dimiliki cenderung kecil. Kondisi ini pula yang menjadi kendala di industri perbankan syariah selama ini.

"Secara individual mereka tidak bisa bergerak banyak karena modal yang terbatas. Di sisi lain, secara aggregate, tidak bisa cukup berdampak karena kekuatan modalnya masih kecil," ujar Fauziah.

Meski demikian, Fauziah mengingatkan, BTN tetap harus mencermati kondisi kesehatan keuangan Bank Muamalat yang masih butuh banyak perbaikan. Pasalnya, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Muamalat turun yoy 1,6 persen di saat industri naik 17,4 persen. Selama lima tahun terakhir (2017-2022), DPK Bank Muamalat turun 5,2 persen di saat industri naik 80 persen.

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit Bank Muamalat hanya naik 4,3 persen yoy di saat industri naik 30 persen. Sementara selama lima tahun terakhir (2017-2022), pembiayaan Bank Muamalat turun drastis 54,4 persen di saat industri naik tajam 70 persen.

Dari sisi bottom line, laba bersih setelah pajak Bank Muamalat pada 2022 tercatat sebesar Rp 27 miliar, tertinggi selama enam tahun terakhir. Peningkatan laba yang signifikan signifikan terbantu oleh pendapatan operasional lainnya yang tumbuh signifikan yoy 120 persen-250 persen pada pendapatan jasa admin dan letter of credit (L/C).

"Hal ini menunjukkan Bank Muamalat memiliki strategi baru dalam meningkatkan pendapatannya," jelas Fauziah.

Berdasarkan rasio keuangan 2022, menurut Fauziah, kesehatan keuangan Bank Muamalat terlihat masih sangat butuh perhatian ekstra. ROA Bank Muamalat 0,09 persen di saat industri mencapai 2,00 persen. FDR Bank Muamalat 40,63 persen, di bawah industri 75,19 persen. BOPO Bank Muamalat 96,62 persen atau di atas industri 77,28 persen.

Meski demikian, Fauziah melihat konsolidasi BTN dan Bank Muamalat akan tetap menguntungkan kedua belah pihak. "Ini akan menguntungkan karena menyatukan modal menjadi bank yang lebih besar sehingga punya bahan bakar lebih untuk berinovasi, khususnya dalam inovasi IT," ujar Fauziah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement