REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dua perusahaan telekomunikasi utama di Gaza, Paltel dan Jawwal, memperingatkan akan ada pemadaman layanan telekomunikasi total dalam beberapa jam mendatang. Pemadaman layanan ini karena kekurangan bahan bakar di tengah pengepungan Israel di Jalur Gaza.
“Pusat data utama dan sakelar di Jalur Gaza secara bertahap ditutup karena penipisan bahan bakar,” kata Paltel dan Jawwal dalam pernyataan bersama pada Rabu (15/11/2023).
Kedua perusahaan ini mengatakan semua generator yang mengoperasikan elemen jaringan di Gaza telah berhenti, dan elemen jaringan dasar sekarang bergantung pada suplai listrik dari baterai.
“Hitung mundur telah dimulai untuk penghentian semua layanan komunikasi dan internet di Jalur Gaza,” kata CEO otoritas regulator telekomunikasi Palestina Laith Daraghmeh, dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita negara Turki Anadolu Agency.
Dia mengatakan pembicaraan sedang berlangsung dengan lembaga-lembaga internasional untuk memastikan masuknya bahan bakar yang diperlukan untuk operasi layanan telekomunikasi.
Pada hari Ahad, Menteri Komunikasi Palestina Yitzhak Sidr memperingatkan bahwa semua layanan komunikasi dan internet akan berhenti di Jalur Gaza pada hari Kamis karena bahan bakar habis.
Israel memutuskan pengiriman bahan bakar ke Jalur Gaza sebagai bagian dari “blokade total” di wilayah itu setelah pejuang Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut otoritas Israel.
Sejak serangan itu, Israel telah membombardir wilayah Jalur Gaza, melancarkan serangan darat dan sangat membatasi pasokan air, makanan, dan listrik. Lebih dari 11.300 orang meninggal dalam serangan Israel, menurut otoritas Palestina, termasuk lebih dari 4.600 anak-anak.
Truk bahan bakar pertama yang memasuki Gaza sejak Israel memberlakukan pengepungan tiba di wilayah yang terkepung pada hari Rabu.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pihaknya menerima 23.000 liter bahan bakar, yang menurut Israel dapat digunakan untuk mengangkut bantuan yang masuk melalui Mesir. Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan bahwa 160.000 liter per hari dibutuhkan hanya untuk menjalankan operasi kemanusiaan dasar.
“Sangat mengerikan bahwa bahan bakar terus digunakan sebagai senjata perang,” kata Lazzarini. “Ini secara serius melumpuhkan pekerjaan kami dan pengiriman bantuan kepada komunitas Palestina di Gaza.”
Sejak Israel melancarkan invasi darat pada akhir Oktober, Gaza telah mengalami dua pemadaman sebelumnya, setelah Israel memutuskan komunikasi dan layanan internet.
Badan-badan kemanusiaan dan responden pertama telah memperingatkan bahwa pemadaman listrik sangat mengganggu pekerjaan mereka dan membahayakan nyawa. “Orang-orang akan kehilangan akses ke informasi yang menyelamatkan nyawa, seperti menemukan area keselamatan atau menghubungi layanan darurat,” kata Rasha Abdul-Rahim, direktur Amnesty Tech.
“Pekerjaan kritis badan-badan kemanusiaan juga akan sangat terganggu, karena pekerja kehilangan kontak satu sama lain,” tambahnya.
“Pemadaman telekomunikasi memungkinkan Israel untuk menutupi kekejaman massal yang dilakukan terhadap rakyat Palestina di Gaza dan mempertahankan impunitas kronisnya,” kata Al Mezan, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Gaza, dalam sebuah pernyataan.
Jaringan komunikasi di Gaza tidak dapat diandalkan sejak perang dimulai karena kurangnya listrik dan kerusakan infrastruktur. Kementerian Komunikasi Palestina sebelumnya telah meminta negara tetangga Mesir untuk mengoperasikan stasiun komunikasi di dekat perbatasan Gaza dan mengaktifkan layanan roaming di jaringan Mesir.