Ahad 19 Nov 2023 20:48 WIB

Nakhoda Baru dan Arah Perkhidmatan MUI di Tahun Politik

MUI akan tetap menjaga netralitas dalam Pemilu 2024.

Wakil Presiden KH Maruf Amin sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) memimpin Rapat Paripurna Dewan Pimpinan MUI Tahun 2023 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, Jumat (17/11/2023).
Foto: Republika/ Fauziah Mursid
Wakil Presiden KH Maruf Amin sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) memimpin Rapat Paripurna Dewan Pimpinan MUI Tahun 2023 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, Jumat (17/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Jumat, 17 November 2023 MUI resmi memiliki Ketua Umum baru yaitu KH Anwar Iskandar hasil pengesahan Rapat Paripurna MUI yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pertimbangan MUI yang juga Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin.

KH Anwar Iskandar melanjutkan kepemimpinan KH Miftachul Akhyar yang mengundurkan diri pada tahun 2021 dari jabatan Ketua Umum MUI hasil Munas 2020-2025. Dalam sambutan perdananya sebagai Ketua Umum MUI, KH Anwar Iskandar juga meminta kepada Dewan Pertimbangan MUI untuk selalu produktif memberikan nasihat dan pertimbangannya.

Baca Juga

KH Anwar Iskandar juga menyampaikan agar pengurus MUI di semua tingkatan tetap optimis dan ikhlas dalam perkhidmatannya. Perkhidmatan MUI berada di antara akselerasi kemaslahatan (at-takatsur fil a'mal) dan pertanggungjawaban (mas'uliyat). 

KH Anwar Iskandar juga memberikan motivasi bahwa besarnya umat Islam hendaknya bisa memberikan kontribusi besar juga sembari mengutip ayat Alquran,

"... Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepada kalian ..." (QS Al A'raf (7) : 171).

Ketua Umum MUI yang baru disahkan tersebut juga mengingatkan kembali bentuk-bentuk tanggungjawab (mas'uliyat) MUI, yaitu tanggungjawab keagamaan (mas'uliyah diniyyah), menjaga negara (himayat dawlah), dan memberdayakan umat (ri'ayatul ummah).

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH Ma'ruf Amin menyampaikan optimismenya bahwa dengan telah disahkannya KH Anwar Iskandar sebagai Ketua Umum MUI yang baru, akan membawa kinerja MUI semakin "Woosh" (mengutip kecepatan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung). 

Beliau kembali mengingatkan tentang cara berpikir MUI yang berorintasi pada keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan. 

Dalam konteks keumatan, seluruh pengurus MUI ketika berkhidmat di MUI tidak bisa lagi berorientasi kepada kepentingan perorangan (syakhshiyyah) atau golongan (thaifiyyah). Hal ini harus menjadi nilai agar MUI tidak rusak. 

Baca juga: Sungai Eufrat Mengering Tanda Kiamat, Bagaimana dengan Gunung Emasnya?

Maka dari itu, Dewan Pertimbangan MUI telah menyusun Buku Manhajul Fikri wal Khidmah sebagai pedoman dan pegangan bagi perkhidmatan MUI. 

Dalam konteks kebangsaan, KH Ma'ruf Amin menekankan bahwa posisi MUI sebagai imam Umat Islam Indonesia secara institusi (imamah institusionaliyah) hendaknya terus diperkuat oleh seluruh elemen umat Islam Indonesia. Demikian halnya terus diteguhkan bahwa MUI adalah mitra pemerintah (shadiiqul hukumah).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement