Selasa 21 Nov 2023 16:04 WIB

Krisis Kesehatan Mental Israel: Sistem tak Mampu Tangani Dampak Perang 7 Oktober

Masalah terbesar yang dihadapi adalah kekurangan personel.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Friska Yolandha
Tentara Ziones Israel menembakkan howitzer 155 mm di lokasi yang dirahasiakan dekat perbatasan dengan Gaza, Israel selatan, Selasa (31/10/2023).
Foto: EPA-EFE/HANNIBAL HANSCHKE
Tentara Ziones Israel menembakkan howitzer 155 mm di lokasi yang dirahasiakan dekat perbatasan dengan Gaza, Israel selatan, Selasa (31/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem layanan kesehatan mental di Israel menghadapi tantangan luar biasa  dalam memberikan bantuan yang memadai kepada korban serangan pada 7 Oktober 2023. Sidang yang diadakan oleh Komite Kesehatan Knesset mengungkapkan kekurangan sumber daya negara untuk memberikan perawatan mental yang diperlukan kepada para korban.

Kepala urusan rawat inap paksa Kementerian Kehakiman, Daniel Raz mengatakan banyak korban yang tidak menerima bantuan mental tepat waktu. Raz mengungkapkan bahwa korban yang tidak menerima bantuan kesehatan mental tepat waktu akhirnya dilembagakan secara paksa ke rumah sakit jiwa, termasuk penyintas festival musik di Re'imyang dimasukkan secara paksa ke rumah sakit jiwa.

Baca Juga

“Saya tidak percaya kita akan mencapai situasi ekstrem seperti itu. Ini adalah kasus-kasus yang sebenarnya bisa kita cegah,” kata Raz, dilansir Hazretz, Selasa (21/11/2023).

Hal ini menunjukkan kegagalan sistem dalam merespons secara efektif terhadap dampak psikologis yang timbul pascaserangan. Menurut dia, situasi ekstrem seperti ini seharusnya bisa dihindari jika ada respons yang lebih baik.

Hingga 39 hari setelah serangan tersebut, masih banyak korban yang belum menerima bantuan kesehatan mental. Negara tidak memiliki data komprehensif mengenai mereka yang menerima atau tidak menerima bantuan tersebut. Kekurangan tenaga profesional seperti psikolog, pekerja sosial, dan terapis semakin memperparah situasi.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan, Moshe Bar Siman-Tov menyampaikan bahwa sekitar 100 ribu orang telah terkena dampak insiden traumatis sejak awal konflik, dengan 200 ribu orang dievakuasi dari rumah mereka. Kekurangan anggaran dan perhatian pemerintah terhadap sistem kesehatan mental sebelumnya telah memperburuk kondisi ini.

Sebuah laporan dari Pusat Informasi dan Penelitian Knesset menyatakan ketidaksiapan Kementerian Kesehatan dalam menghadapi tantangan kesehatan mental pascaperang. Dokter Roni Blank mengatakan Kementerian Kesehatan tidak memiliki informasi lengkap tentang penerima bantuan kesehatan mental, sehingga menyebabkan ketidakpastian dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Tanggapan masyarakat sipil dan sukarelawan juga menjadi perhatian, dengan laporan menyoroti ketidakjelasan integrasi operasi organisasi-organisasi tersebut oleh Kementerian Kesehatan. Psikolog negara melaporkan kurangnya kendali di lapangan, dengan sulitnya menjangkau individu yang membutuhkan bantuan.

Ketidakmampuan sistem kesehatan mental Israel untuk merawat....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement