REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pelepasan nyamuk Wolbachia di sejumlah kota di Indonesia menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Beredarnya desas-desus miring mengenai nyamuk Wolbachia tampaknya membuat sebagian masyarakat merasa khawatir.
Menurut beberapa informasi yang beredar luas di media sosial, nyamuk Wolbachia dijuluki sebagai nyamuk bionik dan nyamuk Bill Gates yang dapat memunculkan penyakit radang otak. Tak hanya itu, nyamuk Wolbachia juga diklaim sebagai nyamuk hasil dari rekayasa genetik.
Melalui akun Instagram @adamprabata, penggiat edukasi kesehatan, dr Adam Prabata, menjelaskan bahwa informasi-informasi yang beredar tersebut tidak benar. Nyamuk Wolbachia tidak menyebabkan radang otak dan bukan dihasilkan melalui rekayasa genetik.
Nyamuk Wolbachia pada dasarnya merupakan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia. Seperti diketahui, nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang berperan dalam penularan beberapa penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, yellow fever, dan zika.
Untuk menginfeksi nyamuk Aedes aegypti dengan bakteri Wolbachia, bakteri Wolbachia tersebut disuntikkan pada telur nyamuk Aedes aegypti. Bakteri Wolbachia merupakan bakteri yang umum ditemukan pada serangga seperti kupu-kupu dan lalat, tidak membuat manusia sakit, dan tidak membuat hewan lain, seperti ikan, burung, dan hewan peliharaan, sakit.
"Bakteri Wolbachia yang disuntikkan tidak dimanipulasi materi genetiknya. Nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi bakteri Wolbachia juga tidak dimanipulasi materi genetiknya," ungkap dr Adam, seperti dikutip oleh Republika.co.id pada Selasa (21/11/23).
Menurut dr Adam, nyamuk Wolbachia bisa menurunkan kasus infeksi dengue atau demam berdarah melalui dua mekanisme. Mekanisme yang pertama adalah, nyamuk Aedes aegypti jantan yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia mengawini nyamuk Aedes aegypti betina yang tidak terinfeksi. Telur nyamuk yang dihasilkan dari perkawinan ini tidak akan menetas, sehingga jumlah nyamuk akan berkurang.
Mekanisme yang kedua, bakteri Wolbachia yang ada di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti akan berkompetisi dengan virus-virus lain yang mungkin ada di dalam tubuh nyamuk tersebut, seperti virus dengue. Kompetisi atau "perlawanan" dari bakteri Wolbachia akan membuat virus menjadi lebih sulit untuk memperbanyak diri.
"Virusnya susah memperbanyak diri dan akibatnya risiko penularan virus DBD-nya jadi berkurang," ujar dr Adam.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta di Yogyakarta, nyamuk Wolbachia terbukti efektif menurunkan 77 persen kasus infeksi dengue (demam berdarah). Nyamuk Wolbachia juga terbukti dapat menurunkan 86 persen angka rawat inap akibat infeksi dengue (demam berdarah).
"Risiko pada manusia dan lingkungan akibat nyamuk ini sangat rendah. Penelitiannya juga ada loh di Indonesia," ujar dr Adam.