Kamis 23 Nov 2023 21:13 WIB

Ekonom: Perlambatan Ekonomi AS dan China Pengaruhi Ekspor Indonesia

Ekonomi Amerika Serikat diproyeksikan hanya tumbuh 1,5 persen pada 2024.

Kontainer ditampilkan di pelabuhan di Frankfurt, Jerman, Jumat, 28 Juli 2023. Perekonomian Jerman masih gagal untuk tumbuh, angka menunjukkan Jumat, karena negara yang seharusnya menjadi kekuatan industri untuk seluruh Eropa berjuang dengan harga energi yang tinggi, meningkatnya biaya pinjaman dan rebound yang tertinggal dari mitra dagang utama China.
Foto: AP Photo/Michael Probst
Kontainer ditampilkan di pelabuhan di Frankfurt, Jerman, Jumat, 28 Juli 2023. Perekonomian Jerman masih gagal untuk tumbuh, angka menunjukkan Jumat, karena negara yang seharusnya menjadi kekuatan industri untuk seluruh Eropa berjuang dengan harga energi yang tinggi, meningkatnya biaya pinjaman dan rebound yang tertinggal dari mitra dagang utama China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, perlambatan ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan China dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia pada 2024.

Faisal menyebut, Amerika dan China merupakan pasar ekspor terbesar bagi Indonesia. Pelemahan ekonomi yang terjadi pada negara tersebut sedikit banyak berdampak bagi permintaan komoditas di Indonesia.

Baca Juga

"Di akhir 2022 ada gelombang PHK terutama di tekstil, ini tidak lepas dari kondisi di Amerika setelah inflasi naik luar biasa. Masalahnya industri tekstil dan tekstil ini pasar ekspornya adalah Amerika sehingga kontraksi pada Amerika saja bisa berdampak pada PHK," ujar Faisal dalam "Gambir Trade Talk #12" secara daring di Jakarta, Kamis (23/11/2023).

Faisal menyampaikan, ekonomi Amerika Serikat diproyeksikan hanya tumbuh 1,5 persen pada 2024. Hal ini didasarkan pada konsumsi masyarakat Amerika Serikat yang melambat. The Fed juga dinilai masih bersikeras mencapai target meredam inflasi hingga 2 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China juga diprediksi melambat pada 2024 karena melemahnya permintaan domestik setelah kebijakan zero COVID-19 di akhir 2022 dicabut.

Selain itu, krisis di sektor properti juga dinilai berkontribusi terhadap 25-30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Faisal, perlambatan ini berdampak lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Namun demikian, Faisal mengatakan, sejak Indonesia menerapkan kebijakan hilirisasi, ekspor ke China mengalami peningkatan yang signifikan, terutama untuk produk-produk turunan nikel.

"Share ekspor ke China luar biasa tinggi, ini bagus tapi hati-hati dengan masalah ketergantungan ke China. Kita harus diversifikasi ke negara-negara lain," kata Faisal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement