Senin 27 Nov 2023 14:46 WIB

Thailand akan Intensifkan Upaya Bebaskan 15 Warganya yang Masih Ditahan Hamas

17 warga Thailand yang disandera di Gaza sudah dibebaskan Hamas.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto yang dirili? oleh Kementerian Luar Negeri Thailand, tampak sepuluh sandera Thailand yang dibebaskan dan seorang petugas, berfoto di Shamir Medical Center di Israel pada Jumat (24/11/2023). Hamas membebaskan 10 warga negara Thailand yang ditangkap dalam kelompok tersebut.
Foto: AP
Dalam foto yang dirili? oleh Kementerian Luar Negeri Thailand, tampak sepuluh sandera Thailand yang dibebaskan dan seorang petugas, berfoto di Shamir Medical Center di Israel pada Jumat (24/11/2023). Hamas membebaskan 10 warga negara Thailand yang ditangkap dalam kelompok tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK – Pemerintah Thailand menyambut pembebasan 17 warganya oleh kelompok Hamas sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Thailand mengungkapkan, mereka akan menggencarkan upaya agar 15 warganya yang masih disandera Hamas di Jalur Gaza dibebaskan. 

“Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dengan hangat mengucapkan selamat kepada para sandera yang baru saja dibebaskan serta keluarga mereka, dan berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya pembebasan terbaru ini,” kata Kemenlu Thailand dalam sebuah pernyataan, dikutip laman The Diplomat, Senin (27/11/2023).

Baca Juga

Kemenlu Thailand mengungkapkan, mereka bersiap memulangkan ke-17 warganya setelah mereka semua menyelesaikan pemeriksaan awal. “Untuk 15 sandera Thailand yang tersisa, Pemerintah Kerajaan Thailand terus mengerahkan semua upaya menuju pembebasan mereka yang aman sedini mungkin,” ungkap Kemenlu Thailand.

Pembebasan 17 warga Thailand oleh Hamas dikabarkan dinegosiasikan secara terpisah. Ia tak tercakup dalam kesepakatan pertukaran pembebasan sandera dengan tahanan Palestina yang dicapai Hamas dan Israel pekan lalu. Untuk menjamin pembebasan para sandera, Thailand diam-diam tetap netral dalam konflik Israel-Hamas.

Pada saat bersamaan, Thailand meminta pemerintah Qatar, Iran, dan Mesir untuk secara resmi menyampaikan permintaan pembebasan mereka kepada Hamas. Untuk keperluan pembebasan para warganya, Thailand membentuk tim politisi Muslim Thailand yang dipimpin oleh Ketua DPR Wan Muhamad Noor Matha. Mereka mengadakan pertemuan dengan para pejabat Hamas, termasuk di ibu kota Iran, Teheran.

Kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang dimulai pada Jumat (24/11/2023) pekan lalu dijadwalkan berakhir Senin. Namun, Hamas sedang berupaya memperpanjang kesepakatan tersebut. Qatar, yang sejak awal berperan sebagai mediator, kembali berperan dalam upaya perpanjangan gencatan senjata.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengungkapkan, terdapat tantangan yang mesti diatasi Hamas jika gencatan senjata dengan Israel ingin diperpanjang. Tantangan tersebut adalah tentang keberadaan sejumlah sandera.

Menurut Sheikh Mohammed, terdapat 40 perempuan dan anak-anak Israel yang saat ini disandera di Gaza, tapi tidak berada di bawah naungan Hamas. Dia mengatakan, Hamas, selaku pihak yang mengontrol Gaza, harus melacak keberadaan mereka.

Sheikh Mohammed mengindikasikan bahwa tidak ada syarat lain yang membuat Israel bersedia memperpanjang gencatan senjata, kecuali kondisi seluruh warganya dipastikan aman.

“Dari sudut pandang kami, kami ingin melihat perang ini berhenti untuk mencari solusi guna mengatasi kekhawatiran yang dimiliki Israel. Namun, hingga saat ini, satu-satunya kesediaan untuk bernegosiasi mengenai jeda atau gencatan senjata adalah terkait dengan para sandera,” kata Sheikh Mohammed kepada Financial Times pada Ahad (26/11/2023) lalu.

Sheikh Mohammed mengungkapkan, saat negaranya memediasi pembicaraan gencatan senjata Hamas-Israel, Hamas mengakui adanya kelompok perlawanan Palestina lain di Gaza yang turut melakukan penculikan terhadap warga Israel ketika mereka melancarkan operasi infiltrasi pada 7 Oktober 2023 lalu.

Sekelompok penduduk Gaza yang melintasi perbatasan ke Israel diduga ikut menangkap dan menawan warga Israel. Menurut Israel, lebih dari 240 orang diculik ketika Hamas melakukan operasi infiltrasi awal bulan lalu. Mereka yang diculik terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Sheikh Mohammed mengatakan, belum diketahui berapa banyak sandera yang bisa ditemukan Hamas dalam beberapa hari mendatang. Dia mengatakan, salah satu tujuan gencatan senjata empat hari yang dimulai sejak Jumat pekan lalu bertujuan memberikan waktu kepada Hamas untuk mencari para sandera yang tak berada di bawah naungan mereka.

Kelompok Jihad Islam yang juga berbasis di Gaza mengakui bahwa mereka menyandera lebih dari 30 orang. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Hizbullah atas nama mereka, Jihad Islam mengatakan tidak akan membebaskan para sandera sebelum Israel melepaskan seluruh tahanan Palestina dari penjaranya.

Dalam kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari yang disepakati pekan lalu, Hamas setuju membebaskan 50 sandera Israel. Sebagai gantinya, Israel harus membebaskan 150 warga Palestina, terdiri dari perempuan dan anak-anak, dari penjara mereka.

Sejak Jumat pekan lalu, Hamas telah membebaskan 63 sandera, di dalamnya termasuk 17 warga Thailand dan seorang warga Filipina. Sementara Israel sudah membebaskan 117 tahanan Palestina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement