REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketua Komite Intelijen parlemen Amerika Serikat (AS), Mike Turner mengatakan, Washington berhati-hati dalam berbagi informasi intelijen kepada Israel. Turner mengatakan, AS bersikap selektif terhadap informasi yang diberikan kepada Israel, khususnya dalam melacak para pemimpin Hamas.
Turner mengatakan, selama perjalanannya baru-baru ini ke Timur Tengah, Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) William Burns bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara intelijen AS dan Israel. "Direktur Burns sudah sangat jelas bahwa kami tidak hanya memberikan akses langsung terhadap informasi intelijen kami. Dan hal ini tentunya memberi kami kemampuan untuk berhati-hati," kata Turner kepada program Face the Nation di CBS News pada Ahad (3/12/2023).
Mengenai kegagalan intelijen Israel dalam menangani serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober, Turner mengatakan, serangan itu berdampak buruk bagi Israel. Menurut Turner, serangan mengejutkan Hamas tidak hanya menunjukkan kegagalan intelijen Israel namun juga kegagalan respon militer Israel di lapangan.
“Hal ini jelas merupakan bias institusional yang mengakibatkan penolakan terhadap hal ini. Namun aspek lain yang membuat hal ini sangat berbahaya adalah bahkan ketika peristiwa 7 Oktober mulai terjadi, pasukan mereka tidak bereaksi. Mereka tidak memiliki kemampuan pengerahan pasukan untuk merespons, bukan hanya kemampuan intelijen untuk mencegahnya," ujar Turner.
Tentara Israel kembali mengebom Jalur Gaza pada Jumat (1/12/2023) pagi setelah jeda kemanusiaan selama seminggu berakhir. Setidaknya 509 warga Palestina telah tewas dan 1.316 terluka sejak Jumat dalam serangan udara Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober. Jumlah korban yang meninggal dunia akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah melonjak menjadi 15.523 sejak dimulainya perang pada 7 Oktober.
Jumlah korban luka pada periode yang sama meningkat menjadi 41.316 orang. Sementara Israel mengklaim jumlah korban tewas di Israel mencapai 1.200 orang.