Senin 04 Dec 2023 21:27 WIB

Pilpres Satu Putaran Dinilai Bisa Cegah Potensi Polarisasi

Peran media juga sangat penting menjaga demokrasi.

Red: Muhammad Hafil
Formasi Indonesia Moeda menggelar diskusi bertajuk Potensi Polarisasi Antara Kelompok Nasionalis Vs Nasionalis, Satu Putaran Jadi Solusi? di Longue Room, Universitas Nasional (UNAS), Senin (4/12/2023).
Foto: Dok Republika
Formasi Indonesia Moeda menggelar diskusi bertajuk Potensi Polarisasi Antara Kelompok Nasionalis Vs Nasionalis, Satu Putaran Jadi Solusi? di Longue Room, Universitas Nasional (UNAS), Senin (4/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Formasi Indonesia Moeda kembali menggelar diskusi bertajuk “Potensi Polarisasi Antara Kelompok Nasionalis Vs Nasionalis, Satu Putaran Jadi Solusi?." Diadakan di Longue Room, Universitas Nasional (UNAS), Senin (4/12/2023).

Koordinator Nasional (Kornas) Formasi Syifak Muhammad Yus menyampaikan pada dasarnya, polarisasi adalah sesuatu yang sehat dan alami, karena apabila tidak ada partai politik dan pilihan capres dan cawapres yang berbeda, maka masyarakat tidak akan memiliki pilihan. Hanya saja, yang harus dihindari adalah polarisasi yang membelah sesama anak bangsa. 

Baca Juga

Namun, menurutnya polarisasi dalam kompetisi politik kerap dianggap sebagai bagian dari pertarungan hidup dan mati.

“Tentu kita masih ingat bagaimana kerasnya polarisasi yang terjadi selama proses pemilihan Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 silam, antara pendukung pasangan Anies-Sandi dengan pendukung pasangan Ahok-Djarot,” ujar Syifak dalam paparannya, di Jakarta.