Kamis 07 Dec 2023 13:03 WIB

IMM DIY Gelar Bedah Buku Pemikiran Haedar Nashir yang Bercita-cita Jadi Camat

Sosok Haedar Nashir bukan hanya milik Muhammadiyah, melainkan guru bangsa Indonesia.

Peluncuran buku pemikiran Haedar Nashir di gedung DPD RI DIY, Kota Yogyakarta.
Foto: Republika.co.id
Peluncuran buku pemikiran Haedar Nashir di gedung DPD RI DIY, Kota Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DIY membedah buku pemikiran Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir berjudul 'Moderasi Keindonesiaan dalam Pendidikan Islam'. Selaku pemateri adalah Ketua PP Muhammadiyah Prof Irwan Akib, Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Irjen Suwondo Nainggolan, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI wilayah DIY Afnan Hadikusumo.

Prof Haedar Nashir saat memberi sambutan menyampaikan, betapa pentingnya jiwa kritisisme, literasi, dan belajar sejarah, yang harus menjadi konsumsi sehari-hari anak muda. Untuk mencapai jiwa seperti itu maka sangat diperlukan kejernihan pikiran dalam membahas moderasi.

"Karena kita tidak bisa memungkiri bahwasanya konstitusi kita merupakan hasil dari perdebatan antara sosialisme dan kapitalisme, akan tetapi pada nyatanya pemahaman sejarah negara kita saja masih sempit. Jangan sensitif kalau ada dinamika, karena dinamika adalah sunnatullah," ucap Haedar di gedung DPD RI DIY, Kota Yogyakarta dikutip Kamis (7/12/2023).

Kapolda DIY Irjen Suwondo Nainggolan menjelaskan, sosok Haedar Nashir bukan hanya milik Muhammadiyah, melainkan guru bagi seluruh bangsa Indonesia. Dia pun berpesan agar pemuda bisa terus menjaga semangat, khususnya dalam berkarya.

"Tak dapat di pungkiri, ukiran peradaban tidak lepas dari peran pemuda di dalamnya. Kita tidak pernah tahu, kita seperti apa di masa depan, tetapi kita kita dapat memilih berbuat apa untuk menentukan masa depan. Buku itu merupakan dokumentasi yang sudah dipikirkan dan dilakukan," kata Suwondo

Suwondo juga berpesan agar anak muda tidak hanya sekadar menyukai tokoh besar, melainkan juga mampu mengkritisi dan mengimplementasi pemikirannya. Sehingga ke depan, para pemuda juga bisa menjadi tokoh besar pula.

Ketua PP Muhammadiyah Irwan Akib menceritakan sedikit biografi Haedar Nashir, yang memiliki cara berpikir begitu birokratis dan strukturalis. Dia pun mengungkapkan, Haedar itu memiliki cita-cita menjadi camat. "Sehingga sekarang beliau menjadi sosok yang akademis, aktivis, dan juga kulturalis," ujar Irwan.

Tidak lupa, ia berpesan kepada anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan IMM agar menjadi aktivis yang cinta ilmu. Irwan menekankan, pentingnya literasi dan diskusi terkait pengembangan keilmuan, karena seseorang untuk menulis buku tidak bisa dilakukan tanpa lebih dulu diawali aktivitas membaca.

"Terkhususnya bagi mahasiswa aktivis demo. Mengajak orang demo lebih mudah dari mengajak orang ke perpustakaan. Kalau mau demo, kita diskusikan dulu, kaji dulu secara mendalam, setelah itu mari kita turun bersama," ucap eks rektor Universitas Muhammadiyah Makassar tersebut

Anggota DPD Afnan Hadikusomo mengapresiasi penulis yang masih menjalankan aktivitas intelektual di tengah keringnya aktivis intelektual saat ini. Menurut dia, buku merupakan karya intelektual seorang mahasiswa dan aktivis.

Penulis buku yang juga seorang IMMawan Akmal Ahsan menyampaikan, tujuan buku tersebut dibuat adalah untuk menerjemahkan pemikiran Haedar Nashir secara lebih luas dan mendalam. "Ketertarikan saya dalam menulis buku ini didukung oleh kekaguman saya pada kemewahan kalam pemikiran ayahanda Haedar Nashir dalam kontribusi dan respons beliau guna menyelesaikan berbagai problematika kebangsaan dan pendidikan," kata Akmal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement