REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Festival Film Bulanan (Fesbul) yang didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) digelar sebagai wujud komitmen dalam membuka akses, jaringan. Selain itu, festival ini merupakan distribusi bagi karya-karya anak bangsa ke pasar film nasional maupun internasional.
Fesbul mengadakan Road to Awarding Night, yaitu pemutaran 20 Film Terpilih Fesbul 2023 yang merupakan nomine pada Malam Anugerah, di 10 titik bioskop XXI di seluruh Indonesia. Sepuluh titik tersebut, yaitu di Jakarta, Yogyakarta, Jambi, Lombok, Padang, Makassar, Ambon, Bandung, Pontianak, dan Jayapura yang diputar pada tanggal 24 - 30 November 2023 lalu dalam rangka menuju Malam Anugerah Fesbul 2023 yang diadakan pada 9 Desember mendatang di Grand Ballroom Jakarta International Expo Convention Centre & Theater.
Dua Film Terpilih yaitu ‘Romansa di Balik Pagar Akal’ karya Hura Haru Film dan ‘Penjara Segara’ karya Prodi Film dan Televisi UPI diputar di Empire XXI Bandung Indah Plaza Studio 5 pada 30 November 2023. Pemutaran kedua film ini disambut dengan antusias oleh penonton.
Film ‘Romansa di Balik Pagar Akal’ bercerita tentang Surisniyati Mulyandari atau yang lebih dikenal sebagai Pia dan suaminya, Adul yang merupakan sepasang mantan pasien ODGJ yang dikatakan sembuh. Mereka menjalani kehidupan suami istri didalam sebuah panti rehabilitasi bernama Yayasan Galuh yang berada di Bekasi. Kini, mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik mengingat masih banyaknya stigma dan stereotip buruk masyarakat terhadap ODGJ.
Sementara ‘Penjara Segara’ bercerita tentang apa yang terjadi di balik pertunjukan lumba-lumba di Indonesia. Cerita ini di narasikan oleh Femke Den Haas. Ia bersama timnya di Dolphin Project & JAAN memiliki visi untuk memperjuangkan hak-hak satwa liar untuk hidup di alam bebas.
Menurut salah satu penonton Mini, dirinya tersentuh. Karena, kedua film ini sangat membuka pemikirannya. "Ada hal atau sisi lain yang bisa kita lihat pada makhluk hidup, manusia dan hewan," kata Mini.
Senada dengan Mini, Avi penonton dari Jakarta juga mengatakan, bahwa kedua film ini sangat menyentuh hati. "Menyentuh sekali, kita jadi tahu kehidupan saudara-saudara kita di yayasan rehabilitasi ODGJ itu seperti apa dan ternyata sama lho sama kita bisa berkeluarga juga. Untuk film kedua, juga sangat menyentuh ya, apalagi bagi pecinta satwa," papar Avi.
Melalui film ‘Romansa di Balik Pagar Akal’, sang sutradara yaitu Rifqi Asha Prawira ingin menyampaikan bahwa semua orang tetap bisa bahagia meski dengan keterbatasan.
"Dari saya, melihat kisah Mbak Pia dan Mas Adul sebagai penyintas ODGJ yang menikah membuat saya teringat satu kalimat: bahagia diciptakan bukan dicari," kata Asha.
Sementara menurut Rahadian Navanka Samhudi, sutradara ‘Penjara Segara’, apa yang terlihat bahagia di layar kaca, belum tentu sesuai dengan realita. "Ini film dokumenter konservasi lumba-lumba dan apa yang saya alami selama membuat film. Saya merasa, apa yang kita lihat di depan layar (sirkus/atraksi) belum tentu di belakang lumba-lumba merasa senang," papar Rahadian Navanka Samhudi yang kerap disapa Anka.
Melalui acara ini, Festival Film Bulanan ingin mengajak seluruh sineas di daerah agar menjadikan film pendek sebagai gerakan untuk menghidupkan ekosistem ekonomi kreatif di daerah masing masing salah satunya dengan aktivasi pemutaran film pendek di bioskop nasional.
Selain sebagai wujud ekshibisi dan promosi yang mempertemukan film dengan para penontonnya, pemutaran film ini dapat menginisiasi filmmaker di daerah agar dapat menjadikan film sebagai produk massal dan sumber penghidupan bagi pelakunya.