REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Surat kabar Israel melaporkan sejak pertempuran di Gaza pada 7 Oktober lalu sudah terdapat 5.000 pasukan Israel yang terluka. Sementara pejabat-pejabat pemerintah Israel memperingatkan lonjakan krisis kesehatan mental.
Pakar dari Kementerian Pertahanan Israel mengatakan sejak perang Gaza setiap hari departemen rehabilitasi kementerian itu menerima 60 pasukan yang terluka. Deputi Direktur Jenderal dan kepala Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel, Limor Luria, mengatakan setidaknya 2.000 pasukan Israel dinyatakan difabel.
"(Petugas kesehatan) terburu-buru mengeluarkan pasien korban luka agar dapat menerima pasien baru," katanya kepada surat kabar Yedioth Ahronoth, seperti dikutip dari Middle East Eye, Ahad (10/12/2023). "Kami tidak pernah mengalami hal seperti ini," tambahnya.
"Siapa yang akan membantu mereka mandi atau berkeliling rumah? Sebagian besar korban menderita luka serius, dan negara harus memahami di sini ada area yang membutuhkan distribusi korban luka yang baru," katanya.
Luria menambahkan hampir 60 persen korban luka mendapatkan luka serius di tangan dan kaki. Termasuk mereka yang membutuhkan amputasi. Sekitar 12 persen luka menimbulkan kerusakan pada limpa, ginjal, dan memecahkan organ-organ internal.
Ketua organisasi tentara difabel Idan Kaliman mengungkapkan kekhawatira serupa. "Terdapat begitu banyak orang yang terluka di sini, bahkan sebelum gelombang pos-trauma yang akan membanjiri kami sekitar satu tahun," kata Kaliman pada Yedioth Ahronoth.
"Israel belum pernah mengalami tingkat trauma seperti ini sejak perang kemerdekaan, petugas medis dan tentang melihat pemandangan yang mengerikan sejak awal perang," katanya.
"Veteran (difabel) perang sebelumnya mengatakan ini pertama kalinya mereka mengenal seseorang yang menghadapi pengalaman lebih menantang. Pada akhirnya, ini tidak hanya perang di medan pertempuran, tapi tentara juga berperang di dalam Israel, di halaman kibbutz (pemukiman orang Yahudi), di rumah mereka," tambah Kaliman.
Baca juga: Remehkan Rencana Satgas Maritim Bentukan Amerika Serikat, Houthi Yaman: Tak Ada Nilainya
Dari aspek ekonomi, kerugian Israel akibat perang jumlahnya sangat fantastis mencapai Rp791 triliun. Belum lagi dengan aksi-aksi boikot produk-produk Israel atau yang mendukung Israel, juga dilakukan oleh seluruh masyarakat dunia.
Menurut para pakar ekonomi Israel, kondisi ekonomi negara zionis itu terus goyah sejak meletusnya perang Hamas-Israel di Jalur Gaza. Akibat pengeboman yang tanpa henti, pengerahan pasukan dari segala penjuru, hingga menurunkan tank-tank yang juga diamuk Hamas.