Selasa 12 Dec 2023 21:42 WIB

Netanyahu Ingin Bangun Zona Penyangga di Jalur Gaza yang Dikontrol Israel

Zona penyangga ini akan dibangun di antara Jalur Gaza dan Mesir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana membangun zona penyangga di Jalur Gaza.
Foto: AP Photo/Abir Sultan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana membangun zona penyangga di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana membangun zona penyangga di Jalur Gaza. Zona tersebut nantinya akan dikuasai dan dikontrol oleh Israel.

“Rencana Israel sehari setelah perang mencakup pembentukan zona penyangga antara wilayah Gaza dan Jalur Gaza, serta kendali Israel atas wilayah tersebut. Poros Philadelphi antara Jalur Gaza dan Mesir,” kata Israeli Broadcasting Corporation mengutip pernyataan resmi Netanyahu, dilaporkan laman Middle East Monitor, Selasa (12/12/2023).

Baca Juga

Belum ada komentar dari Mesir menanggapi rencana Netanyahu tersebut. Poros Salah Al-Din atau Philadelphi adalah nama daerah perbatasan sempit di Jalur Gaza. Poros tersebut memanjang 14 kilometer di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.

Sebelumnya Amerika Serikat (AS) telah menyatakan akan menolak usulan tentang pembuatan zona penyangga di Jalur Gaza. Sebab hal itu bertentangan dengan posisi Washington yang menyatakan bahwa wilayah Gaza tak boleh dikurangi ketika pertempuran antara Hamas dan Israel berakhir.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengungkapkan, salah satu prinsip pedoman AS untuk masa depan Gaza adalah penolakan terhadap pengurangan luas wilayah tersebut. “Jadi jika ada zona penyangga yang diusulkan berada di dalam Gaza, itu merupakan pelanggaran terhadap prinsip tersebut dan merupakan sesuatu yang kami lawan. Jika itu berkaitan dengan sesuatu yang berada di dalam wilayah Israel, saya tidak akan membicarakannya – itu adalah keputusan yang harus diambil oleh Israel,” kata Miller kepada awak media, 6 Desember 2023 lalu.

Dia menambahkan, guna menghindari kevakuman keamanan, harus ada periode transisi ketika pertempuran di Gaza usai. Namun Miller menekankan, hal tersebut harus hanya bersifat sementara. Kendati demikian, dia tak bisa memprediksi berapa lama periode waktu “sementara” tersebut.

Benjamin Netanyahu telah menyatakan menolak menyerahkan kontrol atas Gaza ke Otoritas Palestina setelah peperangan dengan Hamas usai. Dia menuding Otoritas Palestina dan Hamas sama-sama ingin menghancurkan Israel. “Perbedaan antara Hamas dan Otoritas Palestina adalah Hamas ingin segera memusnahkan kami, sementara Otoritas Palestina berencana menerapkannya secara bertahap,” ujarnya.

Belum ada komentar dari Otoritas Palestina terkait pernyataan Netanyahu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement