Kamis 14 Dec 2023 03:16 WIB

Jumlah Petani Berkurang, DKPP Bantul Upayakan Inovasi dan Regenerasi Petani

Sektor pertanian dianggap sebagai pekerjaan tidak menjanjikan secara finansial.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Petani menyiram tanaman dengan pompa air listrik di lahan pertanian Srigading, Bantul, DI Yogyakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani menyiram tanaman dengan pompa air listrik di lahan pertanian Srigading, Bantul, DI Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul berupaya agar ada generasi muda di sektor pertanian. Apalagi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DI Yogyakarta, jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) di DIY tercatat turun 26,26 persen dari 584.689 unit pada tahun 2013 menjadi sebanyak 431.133 unit.

BPS DIY juga menyebutkan, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) di DIY turun 15,86 persen, dari 2013 yang sebanyak 495.781 rumah tangga, menjadi sebanyak 417.166 rumah tangga pada 2023.

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul, Joko Waluyo, penurunan tersebut disebabkan karena kurangnya regenerasi di sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap sebagai pekerjaan yang tidak menjanjikan secara finansial.

Untuk itu, pihaknya berupaya mendorong pengenalan dunia pertanian kepada generasi muda.  “Kami baru mencoba pendekatan lewat SMK Pandak karena sekolah itu bergerak di sektor pertanian,” kata Joko Waluyo pada Rabu (13/12/2023).

Di sekolah tersebut, para alumni digerakkan untuk memotivasi para siswa agar mau terjun ke dunia pertanian. Dengan ini ia berharap generasi muda tidak malu untuk bertani.

"Mereka (milenial) bisa terjun ke pertanian sebagai pengusahanya, bukan hanya langsung ke sawah," imbuhnya.

Joko menegaskan, pihaknya terus berupaya agar produktivitas pertanian tetap meningkat dengan berbagai inovasi, meski ada penurunan jumlah petani. Beberapa inovasi yang dilakukan yakni dengan penanaman intensifikasi metode indeks pertanaman (IP) 400 untuk sawah dan tumpang sari.

Melalui IP 400, lahan sawah diupayakan dapat digarap dengan umur pendek, sehingga bisa menanam padi dalam frekuensi lebih sering, dalam setahun bisa empat kali tanam. Ada juga metode tumpang sari untuk tanaman palawija maupun hortikultura.

Hasilnya, beberapa kelompok tani padi ada yang mampu mencapai hasil panen sebanyak 10,9 ton. "Jadi sudah ada peningkatan. Rata-rata di Bantul 8,8 ton, tetapi banyak kelompok yang produktivitasnya lebih dari 10 ton,” kata Joko.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement