Kamis 14 Dec 2023 10:54 WIB

Jumlah Masjid di Rusia Meningkat 60 Kali Lipat dalam Tiga Dekade

Peningkatan ini juga dibarengi dengan meningkatnya komunitas Muslim di Rusia.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Katedral Moskow.
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko
Masjid Katedral Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Kepala Administrasi Kepresidenan Rusia Magomedsalam Magomedov mengatakan Rusia telah melihat rekor peningkatan jumlah masjid dalam beberapa dekade terakhir. Peningkatan ini, menurutnya, juga dibarengi dengan meningkatnya komunitas Muslim di Rusia.

“Jumlah masjid bagi Muslim telah meningkat 60 kali lipat dalam tiga dekade,” kata Magomedov di Forum Muslim Internasional XIX di Moskow, dilansir dari Nord News, Kamis (14/12/2023).

Baca Juga

Selama era Soviet, Islam dikontrol dengan ketat, bersama dengan semua agama lain, dan jumlah ulama Muslim yang diakui secara resmi relatif kecil. Uni Soviet juga memiliki sejumlah besar ulama Islam yang tidak dikenal. Tetapi pada 1989, pihak berwenang melonggarkan banyak pembatasan.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, kebebasan beragama menjadi hak konstitusional di Rusia. Terdapat kebangkitan Islam bersama agama-agama lain, terutama Kristen Ortodoks.

Pada 1991, negara ini hanya memiliki 120 masjid yang berfungsi dan sekarang ada lebih dari 7.000 masjid. "Tidak pernah dalam sejarahnya bangsa kita melihat angka seperti itu," tambahnya.

Kepala staf wakil presiden tersebut juga mengatakan setiap tahun hingga 25 ribu Muslim Rusia melakukan haji ke kota suci Makkah. “Sebanyak 350 ribu Muslim dari Rusia telah melakukannya selama 30 tahun terakhir,” tambahnya.

Moskow secara konsisten membela pandangan agama Muslim terkait pembakaran Alquran. Tahun ini ada beberapa kasus aktivis yang secara terbuka merobek halaman-halaman kitab suci Islam dan membakarnya, terutama di negara-negara Nordik.

Pada Juni, pengadilan Swedia mengizinkan Alquran dibakar di luar sebuah masjid di Stockholm pada Idul Adha, hari besar Muslim. Insiden seperti itu telah memicu protes dari umat Islam baik di negara-negara Nordik maupun di luar negeri. Pihak berwenang di negara bagian ini biasanya mengutuk tindakan tersebut sambil mengklaim mereka dilindungi di bawah undang-undang kebebasan berbicara.

Mengomentari perkembangan tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada saat itu bahwa itu adalah sebuah pelanggaran menghasut kebencian agama dan Rusia akan selalu mempertahankan posisi ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement