Kamis 14 Dec 2023 16:35 WIB

TNP2K Akui Kemiskinan Ekstrem Nol Persen Sulit Tercapai

Susenas Maret 2023 menunjukkan angka kemiskinan nasional baru mencapai 9,36 persen.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Dua anak bermain di tengah jalur kereta api Palmerah-Tanah Abang, Jakarta, Selasa (27/10/2022). Pemerintah telah mengucurkan anggaran Rp450 triliun guna merealisasikan penghapusan kemiskinan ekstrem yang mencapai 5,59 juta orang di Indonesia melalui sinergi program antar kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah.
Foto: ANTARA/SUlthony Hasanuddin
Dua anak bermain di tengah jalur kereta api Palmerah-Tanah Abang, Jakarta, Selasa (27/10/2022). Pemerintah telah mengucurkan anggaran Rp450 triliun guna merealisasikan penghapusan kemiskinan ekstrem yang mencapai 5,59 juta orang di Indonesia melalui sinergi program antar kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Suprayoga Hadi mengakui target menurunkan kemiskinan ekstrem hingga nol persen bulat pada 2024 sulit tercapai. Pemerintah optimistis angka kemiskinan ekstrem bisa diturunkan di angka 0,5 hingga 0,7 persen.

Saat ini angka kemiskinan ekstrem per Maret 2023 sebesar 1,12 persen dengan waktu tersisa kurang dari setahun. "Kita sempet menghitung antara 0,5 sampai 0,7 tetapi paling tidak sudah nol koma. Kita tujuannya memang nol koma kok. Kalau nol koma nol jelas imposible," ujar Suprayoga dalam keterangannya di Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (14/12/2023).

Baca Juga

Suprayoga menyebut, hal ini mengacu tren penurunan kemiskinan beberapa tahun terakhir dengan 0,92 persen terbesar dari 2,04 persen pada Maret 2022 menjadi 1,12 persen pada 2023. Sementara, waktu tersisa target menurunkan kemiskinan ekstrem kurang dari setahun.

"Jadi memang kita antara 0,5 sampai 0,7 persen. Kalau bisa lebih kecil lagi kalau liat dari trennya dari 2,04 tahun lalu menjadi 1,12 kan turunnya hampir satu persen ya. Katakankanlah 1,12 dikurangi 0,9 ya mungkin bisa 0,3an. Berarti sekali lagi target kita yang lebih optimis antara 0,5 sampai 0,7 yang realistis," ujar Suprayoga.

Sementara untuk tingkat kemiskinan nasional, Susenas Maret 2023 menunjukkan angka kemiskinan nasional baru mencapai 9,36 persen. Sementara target RPJMN 2020-2024 adalah 6,5-7,5 persen, yang berarti diperlukan pendekatan kebijakan khusus melalui berbagai program di kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, untuk dapat menurunkan sedikitnya 1,86 persen poin untuk mencapai 7,5 persen pada tahun 2024.

Namun demikian, Pemerintah akan bekerja ekstra untuk bisa mencapai setidaknya mendekati target yang diharapkan. "Target kemiskinan ekstrem yang mengrah pada 0 persen tren kemisksinan turun meskipun untuk kemiskinan nasional luar biasa besar tantangannya karena menurunkan dalam satu tahun 1,8 persen, karenanya pemerintah bekerja ekstra," ujarnya.

Suprayoga menyebut, untuk mencapai target kemiskinan nasional, dibutuhkan upaya yang lebih intens dari sisi Pemerintah, termasuk dalam pelibatan pelaku dan mitra non-pemerintah melalui pendekatan kolaboratif dan kemitraan pentahelix. Hal ini perlu disikapi secara khusus yang tidak business as usual, apalagi dengan memperhatikan proyeksi inflasi tahun 2023, maka tingkat kemiskinan nasional pada 2024 diperkirakan berkisar antara 9,17-9,34 persen.

Menurutnya, Pemerintah juga akan melanjutkan tiga strategi penurunan kemiskinan ekstrem melalui pengurangan beban pengeluaran melalui program bantuan dan perlindungan sosial, peningkatan pendapatan masyarakat miskin melalui program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin; dan pengurangan kantong-kantong kemiskinan melalui program peningkatan sarana dan prasarana permukiman khususnya di tingkat desa dan kawasan perdesaan.

Ia memastikan dukungan Pemerintah dalam melaksanakan ketiga strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dan PPKE tersebut juga terus meningkat, dengan peningkatan anggaran perlindungan sosial yang mencapai Rp 493,5 triliun di tahun 2024.

Hal ini sejalan dengan arah kebijakan APBN tahun 2024 untuk mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Sehingga pagu anggaran program pemberdayaan ekonomi pada tahun 2024 senilai Rp 76,3 triliun.

"Dengan demikian, maka penghapusan kemiskinan ekstrem telah menjadi salah satu strategi kebijakan fiskal jangka pendek pemerintah," ujarnya.

Sedangkan empat upaya Pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan nasional mulai dari konvergensi program dimana kelompok sasaran-keluarga miskin dan rentan, menerima manfaat bantuan dari seluruh program yang ada. Kemudian, peningkatan kualitas implementasi program khususnya terkait pencairan anggaran yang tepat waktu untuk program kemiskinan.

Ketiga, perbaikan pensasaran program, khususnya dengan terus menekan angka exclusion error–kelompok miskin yang tidak menerima program dan keempat meningkatkan akses kelompok miskin pada layanan/infrastruktur dasar seperti sanitasi dan air bersih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement