REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Warga Israel yang anggota keluarganya disandera Hamas meminta pemerintah menghentikan perang dan mulai bernegosiasi. Mereka meminta pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggunakan dialog untuk membebaskan anggota keluarga mereka.
Hal ini disampaikan setelah tentara Israel mengaku membunuh tiga orang sandera di teritori Palestina. "Kami hanya menerima jenazah, kami ingin kalian menghentikan perang dan memulai negosiasi," kata salah satu keluarga sandera Noam Perry, seperti dikutip TRT World, Ahad (17/12/2023).
Pernyataan Noam yang putrinya Haim Perry masih disandera Hamas ini disampaikan dalam Forum Keluarga Sandera dan Hilang yang digelar di Tel Aviv pada Sabtu (16/12/2023) kemarin.
"Kami merasa sedang bermain Russian Roulette (untuk menentukan) siapa yang berikutnya yang diberitahu orang tercinta mereka meninggal dunia," kata Ruby Chen, ayah dari Itai Chen yang juga masih ditawan.
Chen mengatakan, pemerintah menjelaskan kepada keluarga korban penyanderaan operasi darat akan membawa kembali para korban penculikan. "Itu tidak berhasil. Karena sejak saat itu, para korban penculikan terlihat kembali, tetapi tidak banyak yang masih hidup. Sudah waktunya untuk mengubah asumsi ini," katanya.
Tentara Israel mengatakan tiga sandera bertelanjang dada dan membawa "tongkat dengan kain putih di atasnya," namun seorang tentara Israel merasa "terancam" dan menembaki mereka.
Berita tentang pembunuhan mereka memicu protes di Israel dan kerabat para sandera yang tersisa merasa takut orang yang mereka cintai akan menjadi korban berikutnya. Israel mengklaim Hamas menyandera sekitar 250 orang dalam serangan mendadak pada tanggal 7 Oktober lalu.
Israel yang bersumpah menghancurkan Hamas dan membawa kembali para sandera, melancarkan serangan brutal ke Gaza, Palestina, yang menyebabkan sebagian besar daerah kantong itu hancur. Kementerian Kesehatan Palestina di wilayah yang terkepung itu mengatakan Israel telah menewaskan sedikitnya 18.800 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak di Gaza.