REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu sempat ramai cawapres nomor urut dua, Gibran Rakabuming, membagikan susu pada anak-anak yang disebutnya sebagai upaya pencegahan stunting. Namun, Dokter Spesialis Anak Eka Hospital, Melia Yunita mengatakan, pencegahan stunting harusnya dimulai dari ibu hamil.
Dr Melia menjelaskan, jika berbicara stunting, ini membicarakan anak-anak berusia di bawah dua tahun, termasuk sejak dalam kandungan. Karena jika sudah di atas dua tahun, permasalahannya akan berbeda.
“Pencegahan stunting itu di bawah dua tahun, itu dulu. Sedangkan kebutuhan susu, itu sebenarnya dari kita, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada aturannya,” papar dr Melia saat ditemui Republika.co.id dalam perayaan Anniversary Little Joy yang kedua di Jakarta, pada Sabtu (16/12/2023).
Seandainya ada tokoh atau pejabat publik yang ingin melakukan upaya pencegahan stunting, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan ibu hamil. Harus diupayakan dengan serius, bahwa para ibu hamil jangan sampai melahirkan anaknya dengan kondisi prematur.
Selain itu, berat badan lahir anak juga jangan sampai kurang karena kalau kurang dari standar, itu bisa menjadi faktor risiko. Kemudian begitu lahir, dua tahun pertama harus benar-benar perhatikan asupannya, serta melengkapi imunisasi agar tidak mudah sakit. Karena biasanya, berat badan anak akan turun saat sakit.
“Kemudian galakkan ASI ekslusif. Di atas enam bulan, makanannya harus dipantau. Mungkin beri edukasi juga ya sama mitos-mitos yang nggak bener di kita. Karena tidak semua masyarakat mendapatkan edukasi yang bener, apalagi di pelosok-pelosok ya,” ucap dr Melia.
Perlukah meminum susu selain ASI? Jika ASI lancar, maka tidak perlu lagi meminum susu tambahan sampai usia dua tahun. Justru semakin besar usia anak, maka yang harus dipenuhi adalah gizi dari makanan anak.
Saat mulai MPASI usia enam hingga delapan bulan, biasanya kebutuhan ASI 70 persen dan makanan 30 persen. Kemudian saat anak memasuki usia sembilan hingga 12 bulan, baru mulai berikan ASI dan makanan masing-masing 50 persen.
Ketika anak memasuki usia di atas satu tahun, justru ASI hanya perlu 30 persen sementara 70 persen adalah makanan bergizi seimbang. Dan untuk anak usia dua tahun, direkomendasikan tidak harus meminum susu.
“Makanya, di kita (Indonesia) salah satu masalah berat badan anak tidak bagus mungkin karena stigma atau budaya, bahwa anak itu harus minum susu. Hingga banyak juga yang bilang, ‘Nggak apa-apa nggak makan, yang penting susu’. Itu harus kita hilangkan,” ucap dr Melia.
Makanan terbaik tentunya berasal dari masakan ibu yang dibuat dengan bahan-bahan alami. Tetapi, jika tidak sempat masak dan hendak memberikan makanan instan berkualitas, salah satu yang direkomendasikan adalah produk Little Joy.
Produk Little Joy sendiri sudah diformulasi dan disetujui oleh dokter anak dan ahli gizi, mengedepankan perjalanan ibu dan perjalanan 1.000 hari pertama kehidupan anak sebagai solusi kecukupan nutrisi di masa emas kehidupan manusia.
Pada tahun pertama, Little Joy meluncurkan rangkaian produk bubuk tabur protein Meat Mix dan Suppa Mix sebagai pendukung kecukupan gizi dan nyaman digunakan anak GTM dan picky eaters.
Lalu Meat Mix dikeluarkan dengan tiga varian yaitu Chicken Tempe Sweetcorn, Cheesy Beef Red Bean, dan Salmon Omega-3 Egg Seaweed. Ketiga varian tersebut dirancang untuk melengkapi kecukupan mikro dan makro nutrien dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
Dibuat dengan 100 persen bahan alami, tanpa tambahan MSG, gula, garam, atau bahan pengawet apapun, disertai adanya tambahan fortifikasi nutrisi penting (zat besi, D3), setiap produk Little Joy memberikan keunggulan dalam mengoptimalkan kesehatan, berat badan, imun dan tinggi badan.