REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menko PMK Muhadjir Effendy meminta seluruh pemangku kepentingan dapat saling bahu-membahu mengentaskan stunting di Indonesia. Pasalnya penurunan angka stunting ini tidak hanya dikerjakan oleh BKKBN saja tetapi dilaksanakan secara bersama-sama sehingga hasil yang didapat lebih optimal.
"Semuanya harus guyub, rukun, gotong-royong untuk memastikan bahwa stunting tahun 2024 Indonesia sudah di bawah 14 persen," jelasnya saat memberikan sambutan pada acara Gebyar Bina Keluarga Balita Untuk 1.000 Hari Pertama Kehidupan di Auditorium BKKBN Jakarta dikutip Senin (18/12/2023).
Acara tersebut turut hadir Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, Bupati Solok H Epyardi Asda, Wakil Bupati Kendal H. Windu Suko Basuki, Bupati Lingga . Nizar, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Novian Andusti, serta Direktur Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Siti Kustiati
Menurut dia, hakikat pembangunan nasional yakni pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan menyeluruh. Konsep pembangunan manusia dilaksanakan mengikuti siklus hidup manusia, dari masa anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang kuat, sehat, produktif, dan berkarakter, menurut Muhadjir, upaya pembangunan manusia harus diawali dari pengasuhan keluarga yang benar dan optimal. Hal itu dimulai sejak 1.000 hari pertama kehidupan.
Muhadjir menjelaskan, permasalahan yang dihadapi dalam 1.000 hari pertama kehidupan salah satunya adalah stunting. Dia menyebut, stunting tidak hanya soal kekurangan gizi saja, namun masalah kebersihan dan sanitasi juga penting untuk mengentaskan stunting.
"Tugas dari ibu dan bapak sekalian harus betul-betul bisa menjadi kader keluarga berencana yang memahami secara detail ketika dia harus melayani masyarakat, menjadi Ibu dan bapak pembelajar," ucap Muhadjir.
Dia menjelaskan, pemerintah telah mempersiapkan calon ibu sejak dini melalui pemberian tablet tambah darah, mengukur lingkar lengan serta memperhatikan kecukupan gizi remaja putri. Hal tersebut untuk mencegah para remaja putri dari anemia kronis.
"Justru untuk pembangunan sumber daya manusia ini sekarang kita fokus huluisasi jadi kita sisir mulai dari remaja putri kita pastikan sehat, kemudian sudah menikah dan hamil dipastikan janinnya sehat, dan nanti kalau sudah lahir, dua tahun diberikan ASI dan dipastikan kondisinya sehat," tutur Muhadjir.
Menurut dia, kalau di pertambangan ada hilirisasi, tapi dalam pembangunan manusia itu malah 'huluisasi'. Maksudnya adalah penanganan masalah sejak dini dari bagian yang paling hulu. "Seribu hari awal kehidupan itu disebut dengan golden age, jika tidak ditangani dengan baik maka akan lewat begitu saja," ucap Muhadjir.