Senin 18 Dec 2023 13:26 WIB

Ketika Seluruh Dunia Sepakat Memboikot Israel

Boikot dinilai mampu menggembosi keuangan untuk membiayai perang.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fuji Pratiwi
Warga menginjak spanduk bergambarkan Bendera Israel saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (12/11/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga menginjak spanduk bergambarkan Bendera Israel saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (12/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agresi yang dilakukan Israel kepada Palestina pada 2023 ini, boleh dikatakan yang paling kejam yang pernah ada di muka bumi. Dimulai dari pendudukan Israel dan terusirnya warga Palestina dari tanahnya sendiri, nyatanya terdapat jejak-jejak yang patut dijadikan pelajaran dan perjuangan tiada henti.

Agresi militer yang dilakukan Israel tersebut mendapatkan perlawanan dari Jakarta hingga San Francisco. Ratusan ribu orang turun ke jalan selama dua bulan terakhir untuk memprotes serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 19 ribu orang.

Baca Juga

Berdasarkan data dari sebuah organisasi non-pemerintah yang menangani pengumpulan data konflik sejak 7 Oktober hingga 24 November 2023, sebanyak 7.283 aksi protes pro-Palestina terjadi di lebih dari 118 negara dan wilayah. Selain aksi protes, banyak pula yang memilih untuk menyampaikan kecamannya dengan melakukan aksi boikot produk dan layanan yang mendukung Israel. 

Aksi boikot produk ini melahirkan gerakan boikot, divestasi dan sanksi (BDS), yang didukung oleh koalisi kelompok masyarakat sipil Palestina pada 2005 lalu. Gerakan ini berupaya untuk menantang dukungan internasional terhadap apa yang mereka sebut sebagai apartheid Israel dan kolonialisme pemukim di mana penjajah menggantikan komunitas pribumi dan menjunjung tinggi prinsip bahwa "Warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya."