Selasa 19 Dec 2023 01:08 WIB

Film yang Dinilai Paling Mengecewakan Selama Tahun 2023, Setuju?

Sebagian film yang amat ditunggu-tunggu membuat penggemar tak puas.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Adegan film Ant-Man and the Wasp: Quantumania. Inin menjadi salah satu film yang dianggap mengecewakan sepanjang 2023.
Foto: Dok Marvel
Adegan film Ant-Man and the Wasp: Quantumania. Inin menjadi salah satu film yang dianggap mengecewakan sepanjang 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2023 keriap dianggap sebagai periode luar biasa bagi perfilman dunia. Sayangnya beberapa proyek sinema yang sangat dinantikan mengecewakan dan gagal memenuhi ekspektasi.

Sebagian film yang amat ditunggu-tunggu membuat penggemar tak puas karena eksekusi yang salah, menyia-nyiakan konsep dan karakter hebatnya. Beberapa film kesulitan untuk memenuhi anggaran tinggi dan produksi yang panjang, sehingga mengecewakan penggemar yang mengharapkan lebih. Beberapa waralaba besar yang biasanya cukup andal juga tak luput dari permasalahan ini. 

Baca Juga

Bahkan, film dengan karakter dan ide orisinal terkadang juga bisa mengecewakan penggemarnya. Film menarik banyak perhatian dengan premis yang bagus atau pemeran populer, tetapi tidak selalu menghasilkan cerita yang menarik.

Sineas dan waralaba yang sudah berjalan lama biasanya tahu tentang beban ekspektasi. Namun, berusaha menyenangkan semua orang memang tidak akan pernah berhasil. Berikut sejumlah film yang tayang pada 2023 dan hasil akhirnya mengecewakan, dikutip dari laman ScreenRant, Senin (18/12/2023):

1. Ant-Man & The Wasp: Quantumania

photo
Film Ant-Man and the Wasp: Quantumania. - (Marvel Studios/Disney)

 

Marvel mengalami masa yang sangat mengecewakan tahun ini, dengan film Ant-Man and the Wasp: Quantumania yang berada jauh di bawah ekspektasi. Salah satu hal yang disorot adalah kesalahan dalam cara menghadirkan tokoh antagonis utama Kang the Conqueror.

Sosok yang diperankan aktor Jonathan Majors itu memiliki potensi untuk menjadi penjahat yang menarik, namun film berusaha keras untuk "menahan informasi" hingga fase lima Marvel Cinematic Universe (MCU). Selain itu, film tak punya cukup humor seperti kedua film Ant-Man sebelumnya yang begitu menyenangkan. 

2. Fool's Paradise

photo
Salah satu adegan di film Fools Paradise. - (Dok. Roadside Attractions)

 

Fool's Paradise tidak bekerja cukup keras untuk menghasilkan irama komedi, dan hanya menyerupai kumpulan sketsa cerita yang dikumpulkan secara berantakan. Padahal, sinema debut arahan sutradara Charlie Day ini cukup dinantikan kritikus dan penggemar.

Filn menceritakan seorang pria bisu yang menjadi pusat perhatian Hollywood karena kemiripan fisiknya dengan aktor papan atas. Day menyajikan beberapa momen lucu seperti gaya Buster Keaton yang kikuk di abad ke-21, tetapi berbagai adegan dirangkai tanpa benang merah yang tepat sehingga kurang "nendang". 

3. Magic Mike's Last Dance

photo
Salah satu di adegan Magic Mikes Last Dance. - (Dok. Warner Bros)

 

Penggemar aktor Channing Tatum mungkin senang-senang saja menonton Magic Mike's Last Dance, tapi akan terasa kegembiraan itu tidak sebanyak di dua film pertama. Bagi penonton setia waralaba, Magic Mike's Last Dance menawarkan sangat sedikit daya tarik.

Narasi romansanya tidak masuk akal, memasangkan Mike (Channing Tatum) dengan seorang pengusaha perempuan kaya, yang diperankan oleh Salma Hayek. Jika ini adalah upaya untuk menarik khalayak yang lebih luas, maka film tidak menghormati basis penggemar inti. Jika ini adalah upaya untuk membuat kisah pemberdayaan perempuan yang positif, pesannya bisa diterima, tetapi kurang orisinal dan dieksekusi dengan buruk.

4. Paint

photo
Salah satu adegan di film Paint. - (Dok IFC Films)

 

Penonton mungkin kebingungan, apakah film ini dimaksudkan sebagai tayangan komedi yang "gila" atau perenungan mendalam tentang penuaan dan nilai seni. Paint terlihat seperti film biografi Bob Ross, namun hanya menggunakan pelukis TV populer sebagai inspirasi.  

Kepribadian Owen Wilson yang menawan sangat cocok dengan ketenangan terapeutik Bob Ross. Sebenarnya, Paint berpotensi menjadi komedi yang unik dan optimistis. Sayangnya, tone film ini tidak konsisten, lelucon-leluconnya tak optimal, juga alur cerita yang kusut.

5. Wish

photo
Salah satu adegan di film Wish. - (Dok. Disney)

 

Dengan perpaduan animasi 3D dan 2D, Wish dipasarkan sebagai kilas balik ke dongeng klasik sejarah Disney yang termasyhur. Namun, flashback itu malah berubah menjadi ajang pemasaran yang tidak elegan, hanya  sekadar mendukung popularitas karakter yang ada.  

Wish dinilai kritikus sebagai obsesi sinema modern terhadap hal-hal nostalgia, berkedok keajaiban ala Disney. Yang lebih mengecewakan, lagu tema untuk film ini, "Knowing What I Know Now" kurang berkesan dan akan dengan mudah dilupakan penonton.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement