Senin 18 Dec 2023 23:59 WIB

 GoTo, TikTok, dan UGM Kolaborasi Bangun Pusat Pengembangan Talenta Digital

Pusat pengembangan talenta digital yang didirikan di GIK UGM

Seorang jurnalis mewawancarai TikToker Ayu Nabella di boothnya saat peluncuran promosi belanja Beli Lokal 12-12 di Jakarta, Selasa (12/12/2023). TikTok Shop kembali beroperasi di Indonesia setelah berinvestasi sebesar 1,5 miliar dolar AS di platform e-commerce perusahaan teknologi Indonesia GoTo, Tokopedia.
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Seorang jurnalis mewawancarai TikToker Ayu Nabella di boothnya saat peluncuran promosi belanja Beli Lokal 12-12 di Jakarta, Selasa (12/12/2023). TikTok Shop kembali beroperasi di Indonesia setelah berinvestasi sebesar 1,5 miliar dolar AS di platform e-commerce perusahaan teknologi Indonesia GoTo, Tokopedia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kolaborasi antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (Grup GoTO), TikTok, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mendirikan GoTo x TikTok x UGM Technology Center dinilai sebagai sebuah langkah yang tepat. Pusat pengembangan talenta digital yang didirikan di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM tersebut menjadi jawaban atas tingginya kesenjangan talenta digital di Indonesia di tengah upaya mendorong digitalisasi ekonomi.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi digital ekonomi yang besar. Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain & Company pada 2023, gross merchandise value (GMV) ekonomi digital pada tahun ini diperkirakan sebesar 82 miliar dolar AS. Pada 2025, GMV ekonomi digital diperkirakan naik menjadi 109 miliar dolar AS.

Nilai ekonomi digital RI diperkirakan tumbuh menjadi kisaran 210 miliar dolar AS - 360 miliar dolar AS pada 2030 mendatang.

Potensi pertumbuhan ekonomi digital tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya kebutuhan talenta digital. Sayangnya, pasokan talenta digital lokal masih kurang mencukupi. Bank Dunia dan McKinsey menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital pada 2030.

Jika dirata-rata, kebutuhan talenta digital ini mencapai 600.000 orang per tahun. Sayangnya, hingga saat ini, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu menyuplai sekitar 100.000-200.000 talenta digital per tahun. Artinya, terdapat gap sebesar 400.000-500.000 talenta digital per tahun.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengakui, kesenjangan atau gap talenta digital di Indonesia terbilang tinggi. Itu sebabnya, pekerja asing di industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) cukup marak.

Berdasarkan data, kata Huda, sebanyak 60 persen perusahaan fintech mengaku kesulitan mendapatkan talenta bidang data programming dan data analytics. Tak heran, perusahaan fintech kemudian merekrut tenaga kerja asing untuk menutup kesenjangan tersebut.

"Kerja sama GoTo, TikTok, dan UGM dalam membangun pusat pengembangan talenta digital diharapkan bisa menghadirkan talenta-talenta digital lokal yang akan mengisi kesenjangan tersebut," ujar Huda melalui siaran pers, Senin (18/12/2023).

Kesenjangan talenta digital yang terlalu tinggi ini juga mengakibatkan tingginya upah tenaga kerja untuk beberapa pos tertentu bidang TIK. Akibatnya, Huda mengatakan, perusahaan digital skala menengah ke bawah kesulitan untuk memperoleh talenta digital. Mereka kalah bersaing dengan perusahaan besar yang dengan mudah memperoleh talenta digital tersebut.

"Maraknya pekerja asing dan upah talenta digital yang terlampau tinggi menunjukkan ada masalah. Itu sebabnya, perlu secepatnya untuk mengakselerasi pengembangan talenta digital di Indonesia. GoTo x TikTok x UGM Technology Center diharapkan bisa melengkapi upaya akselerasi yang telah dilakukan selama ini melalui berbagai bootcamp," kata Huda.

Yang menarik, Huda mengatakan, terobosan GoTo, TikTok, dan UGM bukan saja ditujukan untuk menyelesaikan masalah satu atau dua perusahaan. Nantinya mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan dari GoTo x TikTok x UGM Technology Center bisa menjadi supply tenaga kerja untuk perusahaan-perusahaan digital lainnya sesuai dengan kebutuhan industri digital.

Maka demikian, ke depan, suplai talenta digital lokal akan terus bertambah. Dampaknya, upah tenaga kerja di bidang TIK akan lebih terjangkau karena persaingan tenaga kerja akan lebih sehat. Dengan begitu, usaha kecil dan menengah (UKM) nantinya mampu merekrut talenta digital yang andal.

"Sehingga nantinya akan ada semakin banyak platform digital yang muncul. Lebih banyak perusahaan digital yang memiliki talenta berkualitas. Ini semua akan menjadi penopang dan memberikan efek positif bagi ekonomi digital Indonesia ke depan," ujar Huda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement