Selasa 19 Dec 2023 20:45 WIB

Houthi: Pembentukan Satgas Maritim oleh AS di Laut Merah tak Ubah Dukungan untuk Palestina

Houthi menegaskan dukungan untuk Palestina tak berubah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Bendera Palestina dan Yaman berkibar di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Bendera Palestina dan Yaman berkibar di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,SANAA – Kelompok Houthi Yaman mengatakan, dukungannya terhadap Palestina dan perlawanan yang dilakukan Hamas di Jalur Gaza tidak akan berubah. Hal itu disampaikan setelah Amerika Serikat (AS) membentuk satuan tugas (satgas) maritim di untuk merespons serangan Houthi ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah.

“Posisi kami tidak akan berubah terhadap isu Palestina, baik aliansi angkatan laut dibentuk atau tidak,” kata pejabat Houthi, Mohammed Abdulsalam, kepada Reuters, Selasa (19/12/2023).

Baca Juga

“Posisi kami dalam mendukung Palestina dan Jalur Gaza akan tetap ada hingga berakhirnya pengepungan, masuknya makanan dan obat-obatan, dan dukungan kami terhadap rakyat Palestina yang tertindas akan terus berlanjut,” tambah Abdulsalam.

Terkait satgas maritim yang dibentuk AS di Laut Merah, Abdulsalam menegaskan bahwa Houthi hanya menyerang kapal-kapal Israel atau yang berlayar menuju Israel. Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan Aljazirah pada Senin (18/12/2023), anggota Politbiro Houthi, Mohammed Al-Bukhaiti, mengatakan, sebelum satgas maritim di Laut Merah dibentuk, AS sempat membangun kontak tidak langsung dengan Houthi.

Menurut Al-Bukhaiti, dalam kontak tak langsung tersebut, AS menyampaikan bahwa mereka tidak akan menghalangi upaya menuju perdamaian di Yaman. Namun sebagai imbalannya, AS meminta Houthi menghentikan operasi militernya di Laut Merah. “Kami dengan tegas menolak hal ini,” ujar Al-Bukhaiti.

Houthi telah meluncurkan serangan ke sejumlah kapal kargo komersial yang melintas di Laut Merah. Houthi mengklaim, mereka hanya menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel atau menuju pelabuhan Israel. Sebab serangan tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perlawanan dan perjuangan Palestina.

Pada Senin kemarin, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan peluncuran Operation Prosperity Guardian (OPG). Dia mengatakan, OPG dibentuk sebagai respons atas serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. “Meningkatnya serangan Houthi yang berasal dari Yaman baru-baru ini mengancam kebebasan perdagangan, membahayakan pelaut yang tidak bersalah, dan melanggar hukum internasional,” ujar Austin.

Dia menambahkan, negara-negara yang berupaya menjunjung kebebasan navigasi perlu bersatu untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh aktor non-negara tersebut. Negara-negara yang tergabung dalam satgas maritim OPG antara lain Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol.

Pekan lalu Menteri Pertahanan Iran Mohammad Reza Ashtiani memperingatkan AS agar tak mengeksekusi rencana pembentukan satgas maritim di Laut Merah. Ashtiani mengungkapkan, tidak ada ruang di kawasan untuk manuver yang dilakukan AS.

“Mereka (AS) pasti tidak akan melakukan hal seperti itu (bentuk satgas di Laut Merah). Jika mereka melakukan tindakan bodoh seperti itu, mereka akan menghadapi masalah yang sangat besar,” ujarnya, Kamis (14/12/2023). “Tidak ada seorang pun yang bisa mengambil tindakan di wilayah di mana kita mempunyai dominasi,” tambah Ashtiani.

Namun Ashtiani tak menjelaskan tindakan apa yang bakal Iran jika AS tetap mengeksekusi rencana pembentukan satgas maritim di Laut Merah. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement