REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menambah jumlah guru besar baru. Kali ini terdapat tiga profesor dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yakni Prof Ainur Rofieq, Prof Abdulkadir Rahardjanto, dan Prof Yuni Pantiwati.
Dalam pengukuhan tersebut, Prof Ainur Rofieq mengkaji terkait hidup berbahagia bersama debu, yakni strategi pengelolaan debu rumah berkelanjutan menuju pencapaian tujuan SDGs. Ia sudah menekuni tema debu sejak 1989 dan menemukan berbagai hal menarik. "Pengelolaan debu rumah dan tungau debu penting untuk mencapai berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)," ujarnya.
Menurut dia, debu memiliki potensi alergi yang tinggi dan menyebabkan sensitisasi. Padahal untuk mencapai SDGs, membutuhkan lingkungan yang sehat, dan mengendalikan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud seperti debu dan alergen yang sangat penting untuk memastikan kualitas hidup yang lebih baik.
Ia menilai perlu adanya pengembangan praktik pembersihan spesifik konteks untuk mengurangi dampak paparan patogen dan resistensi antimikroba. Kemudian menciptakan lingkungan yang bersih dengan desain bangunan berkelanjutan dapat membantu mengurangi beban penyakit.
Integrasi keberlanjutan ke dalam pengelolaan debu rumah sejalan dengan tujuan SDG untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan yang baik (tujuan 3), kota dan masyarakat yang berkelanjutan (tujuan 11), dan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (Tujuan 12).
Sementara itu, Prof Abdulkadir Rahardjanto menyampaikan tentang kebersamaan masyarakat untuk konservasi daerah aliran sungai (DAS) berkelanjutan. Ia mengatakan, DAS menjadi ekosistem terbuka dengan pasokan energi yang berkesinambungan.
Segala sesuatu yang terjadi pada ekosistem hulu akan berpengaruh pada ekosistem di hilir. Ia menjelaskan, pemahaman masyarakat pada sub sistem di DAS seperti pemahaman terhadap capung, vegetasi riparian, dan makroinvertebrata sungai dapat membangkitkan motivasi, niat, dan rasa memiliki di kalangan anggota masyarakat.
Apabila masyarakat DAS mamahaminya dengan baik, pada akhirnya mereka bersama-sama menjaga menjaga lingkungan tersebut demi kelangsungan hidup. Penelitiannya membuktikan, partisipasi masyarakat akan tumbuh dengan baik jika mereka mengetahui gejala alam dan respons organisme.
Pada konteks SDGs, partisipasi masyarakat (SDG 17) pada konservasi DAS mencerminkan integrasi dan interdependensi pada semua sektor pelestarian alam dan Pembangunan. "Kontribusi yang telah dibangun akan berpengaruh pada lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Serta sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Ali Imran (3:104)," ungkap dia.
Selanjutnya, Prof Yuni Pantiwati dalam orasi ilmiahnya membahas asesmen autentik dan literasi sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam pendidikan biologi dan IPA. Menurutnya, dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan penilaian yang tepat mampu memperbaiki kualitas pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan biologi atau IPA, paparnya, penilaian autentik dirancang untuk membantu peserta didik belajar bagaimana belajar. Sementara itu, bagi pendidik, asesmen autentik membantu untuk melakukan penilaian secara holistik meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang berhubungan dengan desain penilaian dengan konteks dunia nyata. Peserta didik didorong untuk berpikir dan bertindak kreatif dan kritis, terlibat dalam proses eksplorasi, mempertimbangkan dan menyikapi suatu permasalahan secara kritis, serta memecahkan masalah secara realistis.
Prinsip asesmen ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaran yang menuntut peserta didik tidak sekadar untuk memahami pengetahuan. "Tetapi juga diharapkan dapat memecahkan masalah kehidupan sepertinya hal tujuan pendidikan biologi dan IPA,” kata dia menambahkan.