Senin 01 Jan 2024 12:32 WIB

Kim Jong Un: 2024 adalah Tahun Penting untuk Persiapan Perang

Aksi konfrontatif AS dan Korea Selatan menjadi biang keladi meningkatnya ketegangan.

Dalam foto tak bertanggal yang disediakan Senin, (18/12/2023), oleh pemerintah Korea Utara, pemimpin Kim Jong Un menyaksikan uji peluncuran rudal balistik antarbenua dari lokasi rahasia.
Foto: AP Photo/KCNA
Dalam foto tak bertanggal yang disediakan Senin, (18/12/2023), oleh pemerintah Korea Utara, pemimpin Kim Jong Un menyaksikan uji peluncuran rudal balistik antarbenua dari lokasi rahasia.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea, Utara Kim Jong Un, menyatakan 2024 akan menjadi tahun penting untuk persiapan perang. Kim juga menyebut aksi konfrontatif Amerika Serikat (AS) serta Korea Selatan menjadi biang keladi meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.

Kim menyampaikan hal itu saat berbicara singkat dengan dengan para komandan militer pada Ahad (31/1/2023), menurut kantor berita Korea Utara, KCNA. Dalam pertemuan yang berlangsung di markas besar Partai Buruh Korea yang berkuasa negeri itu, Kim mengingatkan para komandan militer bahwa Semenanjung Korea kian di ambang konflik bersenjata, tulis KCNA pada Senin (1/1/2024). 

Baca Juga

Kim memperingatkan, jika ada negara yang menyerang atau memprovokasi Korea Utara, maka militer Korea Utara akan membalas dengan kekuatan penuh untuk memusnahkan siapa pun yang menyerang negara ini. Dalam rapat penting dengan partai penguasa yang diadakan saat itu, Kim menyatakan hubungan antar-Korea telah berubah total menjadi hubungan antara dua negara bermusuhan karena Seoul kini menganggap Pyongyang "musuh utama".

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam pidato tahun baru menegaskan kembali tekad meningkatkan pertahanan negaranya di bawah payung nuklir AS, guna melindungi Korea Selatan dari ancaman nuklir dan rudal Korea Utara. Di sisi lain, pada Senin (1/1/2024), Kim Jong Un dan Presiden China Xi Jinping bertukar pesan tahun baru.

Kedua pemimpin berjanji  memperkuat hubungan bilateral kedua negara yang tahun ini tepat 75 tahun usia hubungan diplomatik antara Korea Utara dan Cina. Dalam pesannya, Kim menyatakan kesediaannya dalam lebih mendorong pertukaran dan kunjungan bilateral “di segala bidang, termasuk politik, ekonomi dan budaya,”.

Sedangkan Xi menyatakan Beijing bersedia membuka “babak baru” dalam persahabatan kedua negara. Xi mengatakan Beijing akan kian menguatkan kepercayaan strategis, dan mendorong pertukaran serta kerja sama dengan Pyongyang.

Langkah itu ditempuh guna mendorong hubungan bilateral yang maju dan mencapai perkembangan yang lebih besar seiring dengan perkembangan zaman, pungkas KCNA.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement