REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak semua pihak menahan diri menyusul terbunuhnya wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, akibat serangan pesawat nirawak (drone) Israel di Beirut, Lebanon. Guterres khawatir kejadian itu dapat memantik peningkatan eskalasi yang sudah memanas akibat perang di Jalur Gaza.
“Sekretaris Jenderal mendesak semua pihak untuk menahan diri secara maksimal dan mengambil langkah-langkah mendesak untuk meredakan ketegangan di kawasan,” kata Juru Bicara PBB Florencia Soto Nino pada konferensi pers, Selasa (2/1/2024), dikutip Anadolu Agency.
Dia menambahkan, PBB mengimbau semua anggota komunitas internasional untuk melakukan segala daya mereka untuk mencegah eskalasi situasi. “Kami tidak ingin ada tindakan gegabah yang dapat memicu kekerasan lebih lanjut,” ujar Nino.
Arouri terbunuh dalam serangan drone Israel ke kantor Hamas di Mecherfeh di Beirut selatan, Lebanon, Selasa lalu. Setidaknya enam orang tewas dalam serangan itu. Hamas mengonfirmasi kematian Arouri. Hamas mengungkapkan dua komandan sayap militer mereka, yakni Brigade Al-Qassam, turut terbunuh dalam kejadian itu.
Arouri menjadi pemimpin Hamas paling senior yang dibunuh Israel sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023. Menyusul kematian Arouri, Hamas dilaporkan telah membekukan pembicaraan tentang gencatan senjata di Israel. “Hamas mengatakan kepada mediator tentang keputusannya untuk membekukan semua diskusi mengenai gencatan senjata di Gaza atau pertukaran sandera dengan Israel,” kata seorang sumber Palestina, Selasa kemarin.
Pada 29 Desember 2023 lalu, delegasi tingkat tinggi Hamas dilaporkan telah tiba di Kairo. Mereka hendak berpartisipasi dalam perundingan gencatan senjata dengan Israel yang dimediasi Mesir. Selama ini pihak yang selalu memediasi negosiasi Israel-Hamas adalah Mesir dan Qatar.
Terkait perundingan dengan Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat menyampaikan bahwa saat ini pemerintahannya sedang menjalin kontak untuk membebaskan warga Israel yang masih disandera Hamas. “Kami masih dalam kontak sampai momen ini. Situasinya tidak dapat dijelaskan secara rinci, dan kami berupaya memulihkan semuanya,” kata Netanyahu dalam pertemuan dengan keluarga para sandera pada 28 Desember 2023 lalu, dikutip laman Middle East Monitor.
Netanyahu tak menjelaskan lebih detail tentang sifat kontak tersebut. Hingga saat ini Israel dan Hamas masih terlibat pertempuran cukup sengit di Gaza. Lebih dari 22 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel memulai agresinya pada 7 Oktober 2023. Sementara korban luka melampaui 57 ribu orang.
Agresi Israel ke Gaza juga menyebabkan 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur. Sementara hampir 2 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi dan menghadapi krisis pangan, air bersih, serta obat-obatan.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook