Ahad 07 Jan 2024 15:46 WIB

SBY Sebut Presiden Ke-8 RI Bisa Jaga Stabilitas Kawasan Asia

Menurut SBY, pemilu Taiwan, Indonesia, dan AS menentukan stabilitas kawasan Asia.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2023).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, (SBY) mengatakan, presiden ke-8 RI atau yang terpilih pada Pemilu 2024 nanti dapat tampil dalam menjaga stabilitas kawasan Asia, baik Asia Timur maupun Asia Tenggara. SBY menilai, presiden Indonesia harus memainkan politik luar negeri dan diplomasi yang cerdas.

Sehingga, hal itu dapat mencegah konflik yang dapat memorak-porandakan perdamaian dan keamanan internasional. Pasalnya, kawasan Asia sekarang sedang memanas.

Baca Juga

"Jika presiden Indonesia mendatang sungguh memahami pentingnya menjaga stabilitas kawasan Asia, baik Asia Timur maupun Asia Tenggara, maka yang bersangkutan akan bisa memainkan politik luar negeri dan diplomasi yang cerdas dan bisa dengan membangun kebersamaan negara-negara ASEAN," kata SBY melalui akun X dikutip di Jakarta pada Ahad (7/1/2024).

SBY menilai, Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara. Dan peran Indonesia di kancah politik internasional sangat besar apalagi sudah menjadi anggota G20.

"Karenanya, Indonesia kerap dipandang sebagai regional power dan sekaligus global player," ucap SBY. Dia menuliskan pandangan tersebut menjelang debat calon presiden (capres) bertema pertahanan hingga politik luar negeri (polugri).

SBY pun mengulas tentang tahun 2024, ada tiga pemilu presiden (pilpres) yang hasilnya dapat mempengaruhi dan mengubah peta berpollitikan internasional. Selain di Indonesia, pada tahun ini dihelat pilpres di Taiwan pada Januari dan pilpres di Amerika Serikat (AS) pada November mendatang.

Menurut SBY, jika presiden Taiwan yang baru adalah sosok yang bergaris keras dan sangat anti-Cina maka ketegangan kedua negara bisa makin meningkat. Demikian juga jika presiden AS pascapilpres 2024 juga sosok yang bergaris keras dan sangat antiunifikasi Cina-Taiwan maka kawasan Asia Timur betul-betul menjadi sebuah flashpoint.

SBY menyebut, Asia Timur setiap saat bisa meledak menjadi guncangan geopolitik dan keamanan di Asia. Padahal, pemimpin Cina daratan saat ini sedang mengagendakan unifikasi dengan Taiwan.

"Sebaliknya jika baik Presiden Amerika Serikat dan Presiden Taiwan yang baru nanti lebih bergaris moderat dan bersedia untuk memasuki wilayah take and give, kekhawatiran dunia terhadap terbukanya konflik militer terbuka di kawasan Asia Timur bisa berkurang," ucap SBY.

Secara keseluruhan, SBY melanjutkan, tiga pilpres tersebut bisa mempengaruhi geopolitik dan keamanan di kawasan Asia. Geopolitik dan keamanan kawasan yang dia maksud adalah ketegangan yang tinggi antara Cina dan Taiwan.

Ketegangan Cina dan AS...

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement