Kamis 11 Jan 2024 17:35 WIB

Kian Mengkhawatirkan, 88 Persen Daging dan Ikan di AS Terkontaminasi Mikroplastik

Studi temukan 88 persen produk makanan yang diproses mengandung mikroplastik.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Sebuah studi baru menemukan bahwa sebagian besar makanan berprotein seperti daging dan ikan terkontaminasi mikroplastik.
Foto: www.freepik.com
Sebuah studi baru menemukan bahwa sebagian besar makanan berprotein seperti daging dan ikan terkontaminasi mikroplastik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menemukan bahwa sebagian besar makanan berprotein seperti daging dan ikan terkontaminasi mikroplastik. Studi komprehensif yang dilakukan oleh para peneliti di lembaga nirlaba Ocean Conservancy menemukan bahwa sekitar 88 persen sampel protein yang diuji mengandung partikel mikroplastik.

"Produk yang sangat diproses mengandung mikroplastik paling banyak per gramnya. Kontaminasi mikroplastik tidak berbeda antara merek atau jenis toko,” kata para peneliti studi seperti dilansir Fox News, Kamis (11/1/2024).

Baca Juga

Sampel dibedakan menjadi 16 jenis, seperti daging sapi, ayam, makanan laut, daging babi, tahu, dan produk makanan nabati.  Partikel mikroplastik ditemukan di semua jenis sampel.

"Paparan maksimum orang dewasa AS dari protein ini adalah 3,8 juta mikroplastik per tahun. Rata-rata paparan orang dewasa AS dari mengonsumsi protein ini adalah lebih dari 11 ribu mikroplastik per tahun,” lapor studi tersebut.

Mikroplastik adalah potongan plastik yang berukuran kurang dari lima milimeter. Nanoplastik bahkan lebih kecil lagi, berukuran kurang dari 1 mikrometer. Di antara sampel yang diuji, sekitar 44 persen mikroplastik yang ditemukan berbentuk serat. Sepertiga partikel lainnya berbentuk pecahan plastik.

Penelitian yang dilakukan bersama dengan University of Toronto ini mencatat bahwa karena keterbatasan metode pendeteksiannya, jumlah partikel bisa jadi lebih tinggi. Meskipun studi ini secara signifikan menonjolkan pemahaman tentang prevalesni mikroplastik dalam sistem manusia, namun peneliti mengatakan bahwa studi ini masih memiliki keterbatasan. 

“Misalnya karena batas deteksi yang terkait dengan penghitungan dan identifikasi partikel mikroplastik yang dicurigai di bawah mikroskop. Hasil penelitian kami hanya terkait dengan mikroplastik berukuran 45 mikrometer atau lebih besar. Ini berarti bahwa nanoplastik dan mikro plastik yang berukuran kurang dari 45 mikrometer tidak termasuk dalam hasil penelitian kami,” kata peneliti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement