REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Warsito menyoroti permasalahan pertanian terletak pada Sumber Daya Manusia (SDM). Masalah ini diperparah tata kelola, lahan, sarana prasarana pendukung, perubahan cuaca dan berkurangnya lahan.
Hal itu dikatakan Warsito saat hadir pada acara Peringatan Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia pada Sabtu (13/1/2024).
"Tantangan kita adalah jumlah penduduk dan kebutuhan pangan yang bisa diprediksi bahwa 0,22 - 0,33 kg/hari/orang, di 2023 masih import sekitar 1 juta ton kg beras," kata Warsito dalam keterangan pers pada Sabtu (13/1/2024).
Warsito menyampaikan pertanian bukan sesuatu yang bisa diajarkan dengan instan, tetapi menjadikan pertanian itu budaya sejak lahir dan hidup dengan orangtuanya dan kelak menjadi petani. Usaha pertanian perorangan masih didominasi di Pulau Jawa.
"Banyak petani kita lulusan Sekolah Dasar, sehingga menjadi tantangan ke depan untuk inovasi dalam pertanian. Tantangan pertanian di Indonesia yaitu SDM, tata kelola, dan cuaca ekstrim," ujar Warsito.
Data BPS menunjukkan produksi utama padi sekitar 53,63 juta ton kg dan bisa menjadi beras menghasilkan 30 jutaan ton. Produksi jagung sekitar 14,46 juta ton kg. Tapi meskipun surplus, namun masih impor untuk pakan ternak. Produksi kedelai sekitar 355rb ton kg dan kita masih impor karena konsumsi kedelai kita mencapai 2,7 ton.
Produktifitas lahan di Indonesia terkait padi masih 5,19 ton/hektar, sedangkan di Vietnam sudah 5,81 ton/hektar.
"Ini menjadi tantangan bersama yang kemudian nanti sejauh mana kita sama-sama mengambil peran dan fungsi bagaimana kita benar-benar memiliki ketahanan pangan dan kemandirian pangan untuk menjadi negara maju di tahun 2045, produktifitas masih rendah dibanding kebutuhan," ujar Warsito.
Warsito juga memaparkan data PPDIKTI menunjukkan dari 4.300 lebih perguruan tinggi, yang memiliki prodi pertanian dalam arti luas hanya sekitar 210 perguruan tinggi. Di tingkat SMK dari 14 ribu lebih SMK, hanya 1200 an yang merupakan SMK pertanian. Kementerian Pertanian hanya memiliki 3 SMK pertanian dan 7 politeknik pertanian.
"SDM pertanian masih sangat kurang saat ini, dan harus dibudayakan sejak dini. Untuk itu pertanian harus menjadi afirmasi kurikulum di pendidikan dasar untuk daerah dominan pertanian," ucap Warsito.