REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) melakukan groundbreaking pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hydrogen (SPBH) di SPBU Coco Pertamina di Daan Mogot, Rabu (17/1/2024). Pertamina kebut pembangunan selama enam bulan dan pada Juli nanti siap beroperasi berbarengan dengan launching mobil hydrogen yang diproduksi oleh Toyota.
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahja Purnama menjelaskan bisnis mobil hydrogen di dunia makin tumbuh pesat. Mengambil momen ini, Ahok, sapaan akrab Basuki tak ingin Pertamina ketinggalan momen.
"Intinya saya mau bilang kalau bangun hidrogen ini tidak susah. Jepang sudah lebih dulu establish dalam membangun mobil hidrogen ini. Jadi kita juga gerak dan bisa jadi pengembangan lini bisnis Pertamina," kata Ahok, Rabu (17/1/2024).
Ahok juga menjelaskan Pertamina saat ini merupakan perusahaan dengan supply chain paling lengkap dalam memproduksi hidrogen. Dari sisi produksi, seluruh operasional hulu migas, hingga pembangkit listrik bisa memproduksi gas. Pertamina juga memiliki jalur distribusi mulai dari TBBM hingga kapal pengangkut.
"Lalu kita lihat pertamina, kita punya paling lengkap termasuk kapal pengangkut, termasuk TBBM. Jadi ini nanti bisa gerak cepat dan bareng, Toyota masuk juga nanti mobil hidrogennya," kata Ahok.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan Pertamina lewat Subholding Pertamina New and Renewable Energi (PNRE) melakukan trobosan dalam produksi hidrogen di Indonesia. Nicke menjelaskan, untuk mendukung transisi energi, pengembangan kendaraan hidrogen di Indonesia akan lebih masif.
"Pertamina ingin mengambil peran dengan menyiapkan infrastruktur pengisian hidrogennya. Dari sisi transportasi, kendaraan hidrogen ini bisa lebih cepat berkembang dan ditargetkan mulai 2030 akan mulai secara masif," kata Nicke dalam kesempatan yang sama.
Nicke menjelaskan ada 17 titik operasional Pertamina yang siap memasok kebutuhan hidrogen nasional. Dari 17 titik ini, nantinya akan memproduksi grey hidrogen yang akan melalui proses elektrolisa sehingga hidrogen hijau bisa diproduksi dan lebih ramah lingkungan untuk sektor transportasi.
"Empat di sumatera, empat di jawa, tiga di Kalimantan, satu di Nusa Tenggara, dan dua di Papua. Itu untuk Sumber. Kita paling siap dalam industri hidrogen ini. Kita bisa provide semua kebutuhan jenis kendaraan," kata Nicke.