Senin 22 Jan 2024 20:22 WIB

Bulan Rajab Kok Disebut Bulan Tuli?

Banyak nama yang disematkan pada bulan rajab, bulan mulia, bulan Allah, dan lainnya.

Rep: Rumah Berkah/ Red: Partner
.
Foto: network /Rumah Berkah
.

Bulan Rajab Kok Disebut Bulan Tuli?

Oleh Syahruddin El Fikri

SAJADA.ID---Sahabat yang dirahmati Allah SWT.

Bulan Rajab dikenal sebagai bulan yang mulia. Dalam Islam, ada empat bulan yang istimewa atau dimuliakan Allah SWT, yakni Muharam, Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhjjah. Nah, kita mungkin bertanya, kenapa bulan ketujuh disebut dengan nama Rajab? Apa sih artinya rajab?

Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda: Dinamakan bulan rajab karena terdapat berbagai kebaikan di dalamnya. Segala amal yang dikerjakan pada bulan Rajab, maka akan dilipatgandakan. Perbuatan baik dibalas dengan amal berlipat, dan sebaliknya perbuatan buruk juga akan mendapat balasan keburukan yang berlipat.

Namun demikian, ada sebagian ulama yang menyebutkan bulan rajab sebagai bulan tuli (tidak mendengar). Kok, kenapa harus disebut dengan bulan tuli?

Para ulama menyebutkan, salah satu nama dari rajab adalah ‘asham yang berrarti tuli. Alasan penamaan ini karena pada bulan Rajab tidak terdengar gencatan senjata untuk berperang yang dilakukan oleh bangsa Arab jahiliah pada masa dahulu. Semua orang Arab pada masa itu menyimpan peralatan perang, dan kembali berdamai dengan musuh-musuh mereka. Bahkan, mereka berkunjung ke rumah orang-orang yang membunuh ayahnya di medan perang untuk menghormati bulan mulia ini (Sai’id Ruslan, asy-Syahru Rajab, [Maktabah an-Noor], halaman 8).

Dari penjelasan ini, dapat dipahami bahwa bulan Rajab memiliki spirit perdamaian yang sangat tinggi sejak zaman dahulu. Peperangan yang dilakukan di bulan-bulan sebelumnya harus terhenti ketika sudah memasuki bulan haram, termasuk bulan Rajab.

Bahkan, orang-orang yang memiliki dendam kepada pembunuh ayah dan keluarganya di medan perang, biasa berkunjung untuk bertemu orang yang membunuh keluarganya itu. Semua pekerjaan dan tindakan yang bisa mengotori sakralitas bulan haram ditinggalkan dan dijeda terlebih dahulu.

Larangan bagi orang yang berbuat kemungkaran salah satunya perang pada bulan Rajab, yakni firman Allah Swt dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 217:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللّهِ وَكُفْرٌ بِه وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِه مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلا يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتّى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوْا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِه فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram, dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh." Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS Al Baqarah: 217).


Dari ayat di atas sangat jelas, bahwa bulan Rajab yang merupakan bulan haram, sangat dimuliakan, yakni bulan yang dilarang untuk berperang dan bermaksiat. Bahkan Allah swt menegaskan bahwa berperang pada bulan haram hukumnya dosa besar.

Dalam surat yang lain, Al-Maidah ayat 2, juga senada dengan firman Allah sebelumnya, Allah swt melarang umat Islam untuk melanggar syiar dan mengotori kehormatan bulan yang mulia ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُحِلُّوْا شَعَائِرَ اللهِ وَلَا الشَّهْرالْحَرَامَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram.” (QS Al Maidah: 2).

Dengan tidak melakukan kemaksiatan dan perbuatan buruk lainnya pada bulan Rajab, berarti kita semua telah menjaga kehormatan dan kesucian dari bulan mulia tersebut. (SAJADA.ID)

sumber : https://rumahberkah.republika.co.id/posts/280534/bulan-rajab-kok-disebut-bulan-tuli-
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement