Rabu 24 Jan 2024 11:27 WIB

Perundingan Israel-Hamas Fokus Gencatan Senjata Selama Satu Bulan 

Israel melaporkan kemunduran paling serius sejak serangannya ke Gaza.

 Seruan gencatan senjata menggema dari berbagai belahan dunia.
Foto: EPA-EFE/Adam Davis
Seruan gencatan senjata menggema dari berbagai belahan dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tiga orang sumber mengatakan Israel dan Hamas menyepakati pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina dapat dilakukan selama gencatan senjata selama satu bulan. Namun, kerangka kerjanya masih tertahan pada perbedaan kedua belah mengenai bagaimana mengakhiri perang di Gaza.

Mediasi intensif yang dipimpin Qatar, AS, dan Mesir beberapa pekan terakhir, fokus pada pendekatan bertahap pembebasan sandera yang dimulai beberapa kategori mulai dari warga sipil sampai tentara. Dengan imbalan diakhirinya serangan Israel, pembebasan tahanan Palestina dan lebih banyak bantuan ke Gaza.

Baca Juga

Pada Selasa (23/1/2024), salah satu pejabat yang menerima pengarahan mengenai negosiasi mengatakan, perundingan yang dimulai pada 28 Desember sudah mengatasi perbedaan pada perbedaan lama gencatan senjata yang kini disepakati selama 30 hari. Setelah Hamas mengusulkan jeda pertempuran selama beberapa bulan.

Namun, enam sumber mengatakan Hamas menolak menindaklanjuti rencana tersebut sampai kondisi gencatan senjata permanen sudah disepakati. Sebagian besar sumber meminta namanya tidak disebutkan karena sensitivitas isu ini.

Salah satu sumber yang merupakan pejabat Palestina mengatakan Israel ingin negosiasi dilakukan tahap per tahap sementara Hamas ini "kesepakatan penuh" yang menyepakati gencatan senjata permanen sebelum membebaskan sandera di tahapan pertama. Negosiasi ini dilakukan melalui mediator, Israel dan Hamas tidak berbicara secara langsung.

Gedung Putih mengatakan, Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Brett McGurk sedang berada di kawasan untuk kedua kalinya pekan ini. Gedung Putih mengatakan McGurk terlibat dalam perundingan pembebasan sandera dan Washington akan mendukung "jeda kemanusiaan" jangka panjang.  

Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri Qatar dan Layanan Informasi Pemerintah Mesir belum merespon permintaan komentar. Dua sumber keamanan Mesir mengatakan sedang ada upaya untuk menyakinkan Hamas untuk menerima gencatan senjata selama satu bulan kemudian diikuti gencatan senjata permanen.

Namun sumber mengatakan Hamas meminta jaminan kesepakatan tahapan kedua akan digelar agar tahapan pertama dapat dilaksanakan. Para sumber tidak mengungkapkan detail jaminan seperti yang diminta Hamas.

Ditanya mengenai negosiasi tersebut pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan Hamas terbuka untuk mendiskusikan gagasan tapi belum ada kesepakatan yang dicapai. "Kami terbuka pada semua proposal dan inisiatif, tapi semua kesepakatan harus berdasarkan diakhirnya agresi dan penarikan penuh pendudukan dari Jalur Gaza," kata Abu Zuhri, Senin (22/1/2024) lalu.

Seorang pejabat senior Gaza lainnya yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan salah satu permintaan Israel untuk mengakhiri perang adalah bila Hamas menyingkirkan enam pemimpinnya dari Gaza. Ia mengatakan Hamas "jelas" menolak proposal tersebut.

Sumber itu mengatakan pemimpin-pemimpin Hamas itu termasuk otak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu Yahya Sinwar dan Mohamed al-Deif yang masuk daftar teratas target Israel dalam perang di Gaza. Israel yakin mereka bersembunyi di jaringan terowongan di bawah Gaza.

Pernyataan tentang permintaan Israel tersebut belum dapat dikonfirmasi. Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak memberikan komentar mengenai proposal tersebut atau negosiasi yang sedang berlangsung. Menurut stasiun televisi Israel, N12, Netanyahu mengatakan skenario "penyerahan atau pengasingan" didiskusikan pada awal Januari lalu.

Sudah hampir empat bulan Israel menggelar serangan udara dan darat ke Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan-serangan itu sudah menewaskan 25 ribu orang lebih.

Pada pekan ini Netanyahu menegaskan satu-satunya cara mengakhiri perang adalah "kemenangan total" dari Hamas. Tapi ia semakin ditekan untuk membuat kesepakatan termasuk dari anggota keluarga sandera 130 yang masih ditawan di Gaza dan anggota kabinet perangnya sendiri.

Pada Senin lalu Israel melaporkan kemunduran paling serius sejak serangannya ke Gaza. Sebanyak 24 tentara Israel tewas. Lima orang sumber mengatakan Israel menolak mendiskusikan akhir perang yang tidak mencakup pembubaran Hamas. Mereka tidak menspesifikan mengenai pengasingan pemimpinnya.

Dalam konferensi pers Selasa kemarin juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy mengatakan upaya untuk membebaskan para sandera sedang dilakukan. Ia mengatakan Israel tidak akan menyepakati gencatan senjata yang membiarkan Hamas menguasai Gaza.

Qatar dan Washington terlibat dalam negosiasi yang menghasilkan gencatan senjata selama satu pekan pada akhir November lalu. Lebih dari 100 sandera Israel dan 240 tahanan Palestina dibebaskan selama gencatan senjata itu.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement