REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA--- Pasar Mambo pernah menjadi pusat kuliner andalan di pusat kota Majalengka. Berbagai jenis makanan dan minuman, dijajakan para pedagang kaki lima di pasar yang terletak di Jalan Babakan, Kelurahan Majalengka Wetan, Kecamatan/Kabupaten Majalengka tersebut.
Belum diketahui sejak kapan pasar Mambo berdiri. Namun yang pasti, sejak 1980-an, pasar Mambo sudah ramai dan menjadi cikal bakal pusat kuliner pertama di Majalengka.
Tapi, seiring berjalannya waktu, pamor pasar Mambo mulai meredup. Hal itu seiring menjamurnya berbagai tempat kuliner kekinian di pusat kota, seperti cafe-cafe dan tempat nongkrong anak-anak muda lainnya. Pasar Mambo tak lagi menjadi tumpuan. Para pembeli biasanya hanya pengendara yang kebetulan melintas.
Kondisi itupun menimbulkan keprihatinan pada Pj Bupati Majalengka, Dedi Supandi. Dia pun berupaya membangkitkan kembali kejayaan pasar Mambo melalui program Mambo Reborn. Dalam program itu, pasar Mambo dihadirkan dengan suasana baru dan konsep kekinian.
Dedi pun menghabiskan malam minggu bersama istrinya, Erlita Widiasih, di Pasar Mambo, saat peluncuran Mambo Reborn, Sabtu (27/1/2024) malam. Mereka juga ditemani oleh sekda, wakil ketua DPRD dan para pejabat Pemkab Majalengka. Mereka berkeliling ke kawasan sentra kuliner tersebut.
Dedi dan istrinya tiba-tiba berhenti di kios penjual tutut dan langsung membelinya. Ternyata, tutut Mambo mempunyai kenangan tersendiri bagi keduanya. Semasa duduk di bangku SMA, dia dan istrinya kerap membeli tutut tersebut. ‘’Dulu waktu SMA makan tutut berdua di Pasar Mambo ini, jadi bernostalgia juga,’’ kata Dedi.
Dedi menilai, banyak di antara warga Majalengka juga yang pastinya memiliki kenangan di Pasar Mambo. Hal itulah yang menjadi salah satu alasannya membangkitkan kembali pasar Mambo. ‘’Jadi kenapa tidak dihidupkan kembali dengan konsep legenda sejuta nostalgia,’’ kata Dedi.
Dedi mengatakan, konsep Mambo Reborn pun diusung untuk menghadirkan legenda sentra kuliner di Kabupaten Majalengka. Dia pun bersyukur ribuan warga dari berbagai daerah di Kabupaten Majalengka memadati Pasar Mambo dalam peluncuran Mambo Reborn.
‘’Alhamdulillah, antusiasme masyarakat juga sangat tinggi menyambut kehadiran Mambo Reborn ini. Ada dari Talaga, Maja, Kadipaten, Leuwimunding, Dawuan, dan lainnya. Mereka datang untuk bernostalgia di Pasar Mambo yang melegenda sebagai sentra kuliner di Majalengka,’’ kata Dedi.
Dedi menuturkan, kawasan Pasar Mambo selama ini relatif sepi dari pengunjung. Padahal, tidak sedikit para pedagang yang menjajakan beragam kuliner di kawasan tersebut. Sehingga Mambo Reborn diharapkan dapat membangkitkan kejayaan Pasar Mambo sebagai legenda sentra kuliner di Majalengka.
‘’Konsep ini mejadi pilot project untuk diadopsi di seluruh kecamatan se-Kabupaten Majalengka. Sehingga seluruh kecamatan memiliki sentra kuliner masing-masing dan mendorong pengembangan UMKM di tiap wilayahnya,’’ katanya.
Dedi mengakui, selama ini sejumlah komunitas pasar malam pun telah melaksanakan kegiatan serupa di setiap kecamatan meski belum tersentuh pemerintah. Sehingga konsep seperti Mambo Reborn itu juga akan dilaksanakan di tiap kecamatan sebagai bentuk kehadiran pemerintah dalam mendukung potensi kearifan lokal.
‘’Nantinya, di setiap titik juga memiliki keunggulan masing-masing, misalnya di Pasar Lama akan mengusung konsep hobi, dan di kecamatan juga kalau diminta hiburan akan dihadirkan mobil layar tancap. Konsep semacam ini juga sebagai bentuk pemerataan ekonomi,’’ katanya.
Sementara itu, seorang pedagang cemilan di pasar Mambo, Icih, merasa senang dengan adanya program Mambo Reborn. ‘’Mudah-mudahan acara ini rutin dilaksanakan supaya para pedagang di pasar Mambo ini banyak yang beli dan ramai,’’ harap Imih.