REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran merespons munculnya 'salam empat jari' di media sosial yang merupakan gerakan untuk tidak memilih pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. TKN menilai gerakan itu tak bisa menggerus elektabilitas Prabowo-Gibran.
"Ya kalau (ada gerakan) penolakan, kan surveinya nggak naik. Tapi (nyatanya) tren survei elektabilitas Prabowo-Gibran naik terus ya, alhamdulillah," kata Sekretaris TKN, Nusron Wahid kepada wartawan di Media Center TKN, Jakarta Selatan, Selasa (30/1/2024).
Nusron merujuk ke hasil survei terbaru LSI Denny JA yang menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sudah menembus angka 50,7 persen sehingga bisa menang satu putaran. LSI Denny JA menyebut, elektabilitas Prabowo-Gibran naik dibanding survei sebelumnya yang selalu berkutat di angka 40-an persen.
Lebih lanjut, Nusron menyebut, sebenarnya selama ini sudah banyak muncul gerakan yang berupaya menggerus elektabilitas Prabowo-Gibran. Misalnya gerakan melawan politik dinasti. Sama halnya dengan gerakan salam empat jari, semua gerakan itu gagal.
Menurut politikus Partai Golkar itu, semua gerakan menolak Prabowo-Gibran itu muncul sebagai bentuk kepanikan kubu paslon 1 dan 3 lantaran elektabilitas mereka tertinggal jauh. "Namanya orang lagi panik. Usaha boleh-boleh saja, itu kan bentuk rasa kepanikan," ujarnya.
Nusron lantas menyindir dengan mengusulkan agar salam empat jari diganti menjadi salam lima jari. Salam lima jari, kata dia, bisa diartikan sebagai orang yang melambaikan tangan atas kemenangan Prabowo-Gibran dalam satu putaran Pilpres 2024.
Sebagai catatan, salam empat jari bukan hanya dimaknai sebagai simbol menolak memilih Prabowo-Gibran, tapi juga simbol bahwa pasangan nomor urut 1 dan 3 bergabung sehingga menjadi 4.