REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim memiliki rezekinya masing-masing. Rezeki antara satu orang dengan yang lainnya berbeda-beda. Dalam Islam, sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW, seseorang tidak akan meninggal dunia sebelum sempurna rezekinya.
Diriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahili, Nabi Muhammad SAW bersabda:
(إنَّ رُوحَ القُدُسِ نفثَ في رُوعِي، أنَّ نفسًا لَن تموتَ حتَّى تستكمِلَ أجلَها، وتستوعِبَ رزقَها، فاتَّقوا اللهَ، وأجمِلُوا في الطَّلَبِ، ولا يَحمِلَنَّ أحدَكم استبطاءُ الرِّزقِ أن يطلُبَه بمَعصيةِ اللهِ، فإنَّ اللهَ تعالى لا يُنالُ ما عندَه إلَّا بِطاعَتِهِ)
"Sungguh ruh qudus (Jibril) telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai telah sempurna rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara menjemput rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya." (HR. Abu Nu'aim, tercantum dalam Shahih Al Jami')
Terdapat dua jenis rezeki secara umum. Pertama adalah rezeki yang datang di mana pun dia berada.
Hal ini seperti harta warisan yang diterima oleh seseorang, tanpa perlu berupaya atau mencari. Kedua adalah rezeki yang diperoleh dengan jalan berusaha atau ikhtiar.
Allah SWT membagikan rezeki dengan bijaksana kepada para hamba-Nya. Maka Dia jadikan di antara para hamba-Nya ada yang kaya dan juga miskin. Sehingga tidak semuanya berada dalam keadaan yang sama. Karena keadaan setiap hamba adalah ujian untuknya.
Allah SWT berfirman...