SEKITARKALTIM, REPUBLIKA – Zionis Israel harus merogeh kocek besar demi melakukan genosida di Gaza. Tindakan beringas Israel terhadap warga Palestina, telah merugikan negeri Zionis itu sekitar $269 juta dolar AS, atau sekitar Rp 4,18 triliun setiap hari.
Biaya militer yang besar ini mengakibatkan perekonomian Zionis Israel hancur lebur. Anggaran sebesar itu bukan hanya untuk mendanai persenjataan. Pemerintah Israel juga membayar para prajurit cadangan, makanan, dan menyediakan perumahan bagi tentaranya.
Ada pula biaya perawatan lebih dari 100 ribu pengungsi Israel yang meninggalkan komunitas di dekat perbatasan Gaza dan Lebanon. Pemerintah Israel harus membayar para pengungsi yang ditempatkan di hotel dengan biaya ribuan shekel per bulan.
Dilaporkan Al Jazeera, untuk mendanai aksi militer di Gaza, sejumlah usulan Israel mencakup pemotongan anggaran kementerian pendidikan sebesar $239 juta dolar AS, dan pemotongan anggaran Kementerian Kesehatan lebih dari $100 juta dolar AS.
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan tahun ini pertumbuhan ekonomi Israel akan melambat signifikan. Diprediksi perekonomian Israel semakin tumbang. Hal ini menyusul berlarutnya aksi genosida di Gaza.
Kepala Ekonom Pierre-Olivier Gourinchas, menyebut Produk Domestik Bruto akan jauh lebih rendah dari perkiraan IMF sebelum perang, yakni sebesar 3%.
"Kita akan berada jauh di bawah itu," ujarnya, dilansir BNN Bloomberg, pada Rabu (31/1/2024).
"IMF belum mempublikasikan angka spesifik."
Para pejabat Israel mengatakan mereka masih membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mencapai tujuan mereka, bahkan mungkin membutuhkan waktu sepanjang tahun ini.
Pertumbuhan Bank of Israel tahun 2024 diproyeksikan hanya sekitar 2%, adapun estimasi kementerian keuangan lebih rendah, yakni 1,6%. Defisit fiskal diperkirakan melonjak menjadi 6,6% dari PDB tahun ini. Sudah banyak tanda- bahwa ekonomi Israel semakin tumbang.
Kementerian Keuangan Israel mengatakan PDB mungkin mengalami kontraksi sekitar 20% dari kuartal ke kuartal antara Oktober dan Desember.
Aktivitas ekonomi di sejumlah sektor konsumen merosot. Di sisi lain, bisnis-bisnis harus berusaha keras dengan kekurangan tenaga kerja. Musababnya, ratusan ribu orang dipanggil sebagai tentara cadangan, meski sebagian besar telah dibebaskan.
Yanandri