Ahad 04 Feb 2024 22:47 WIB

Debat Pamungkas, Anies Pakai Bahasa Isyarat 'Waktunya Perubahan'

Anies menunjukkan gerakan atau bahasa isyarat dengan menggerakkan kedua tangannya.

Rep: Eva Rianti / Red: Arie Lukihardianti
Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan.
Foto: Republika.co.id
Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di awal debat pamungkas, Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menarik perhatian. Karena, menggunakan sedikit bahasa isyarat. Anies menyampaikan visi misinya terkait Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.

Sebelum memasuki sesi penyampaian visi dan misi, Anies menunjukkan gerakan atau bahasa isyarat dengan menggerakkan kedua tangannya. Anies terlihat menunjuk jam tangan yang digunakannya pada tangan kiri. Kemudian iya menggerakkan telapak tangan kanan dan kirinya dari depan ke belakang dan sebaliknya 

Baca Juga

Gerakan tangan atau bahasa isyarat yang ditunjukkan Anies itu artinya adalah 'waktunya perubahan'. Perubahan sendiri diketahui merupakan visi yang digaungkan Anies bersama pasangannya, Muhaimin Iskandar. 

Setelah itu, Anies memulai paparan visi misinya dengan menyebutkan bahwa  persoalan terbesar bangsa Indonesia hari ini adalah ketimpangan, ketidaksetaraan, dan ketidakadilan. Dia menyebutkan ada ketimpangan antara Jakarta-luar Jakarta, Jawa-luar Jawa, kaya-miskin, desa-kota, pendidikan umum-pendidikan agama, serta pendidikan kejuruan dan pendidikan teknis. 

"Ini semua adalah ketimpangan di republik ini menjadi fenomena berbahaya bagi republik ini, bahkan di bidang perekonomian segelintir menguasai sebagian besar ekonomi kita," ujar Anies dalam debat pamungkas di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Ahad (4/2/2024).

Anies mengatakan bahwa masalah di Indonesia saat ini diantaranya adalah 45 juta orang belum bekerja dengan layak. Lalu 70 juta orang Indonesia tidak memiliki jaminan sosial. Pendidikan pun sulit diperoleh. Masalah kesehatan mental pun disinggung dengan mengungkap data 15 juta orang mengalami masalah kesehatan mental dan kekerasan seksual. 

"Sangat frustasi melihatnya," ujar eks Gubernur DKI Jakarta itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement