REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Jeddah Historic District Program (JHDP), yang bekerja sama dengan Saudi Heritage Commission, menemukan 25 ribu fragmen artefak yang berasal dari masa kekhalifahan Islam selama 2 abad pertama Hijriyah (abad ke-7 hingga ke-8 Masehi). Seluruh artefak ditemukan di Kawasan Bersejarah Jeddah.
Dilansir Saudi Gazette, Selasa (6/2/2024), penemuan arkeologi ini diumumkan sebagai bagian dari Proyek Kebangkitan Jeddah yang Bersejarah, yang diprakarsai oleh Putra Mahkota dan Perdana Menteri Mohammed bin Salman.
Ada empat lokasi yang menjadi tempat proyek penggalian arkeologi ini, yaitu Masjid Utsman bin Affan, Al Shona, bagian dari Tembok Utara, dan Al Kidwah. Proyek penggalian dimulai pada Januari 2020 dengan studi eksplorasi dan survei geofisika.
Penggalian arkeologi di Masjid Utsman bin Affan menemukan artefak yang berasal dari dua abad pertama Hijriyah dan mencakup periode sejarah yang berbeda. Penemuan paling menonjol di Masjid Utsman bin Affan adalah pilar kayu hitam atau pilar kayu eboni yang ditemukan di dekat mihrab.
Setelah dianalisis dan ditelusuri, pilar kayu eboni tersebut berasal dari Pulau Ceylon (sekarang Sri Lanka) di Samudra Hindia. Ini menunjukkan adanya hubungan perdagangan yang luas di Jeddah yang bersejarah.
Penggalian di situs yang sama juga menemukan koleksi bejana dan pecahan keramik, termasuk porselen berkualitas tinggi. Beberapa di antaranya dibuat di provinsi Jiangxi, Tiongkok, dan berasal dari abad 16-19 M, sedangkan pecahan tembikar yang lebih tua berasal dari era Abbasiyah.
Situs arkeologi di Al Shona, yang setidaknya berasal dari abad ke-19 M, telah menemukan banyak pecahan tembikar, termasuk porselen dan keramik dari Eropa, Jepang, dan Tiongkok, yang berasal dari abad ke-19 hingga ke-20. Penggalian di Al Kidwah mengungkap bagian Parit Timur, yang kemungkinan besar berasal dari akhir abad ke-18.
Selain itu, batu nisan yang terbuat dari batu mangabi, marmer, dan granit ditemukan di berbagai lokasi berbeda di Jeddah yang bersejarah. Batu nisan ini berisi prasasti nama, tulisan di batu nisan, dan ayat-ayat Alquran, kemungkinan berasal dari abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah. Para ahli saat ini sedang mempelajarinya dengan cermat.
Kajian arkeologi di empat situs bersejarah tersebut meliputi penggalian, analisis radiokarbon, analisis tanah, survei geofisika, dan pemeriksaan ilmiah terhadap artefak.
Sampel kayu dari 52 bangunan dikirim ke laboratorium internasional untuk identifikasi dan penanggalan. Selain itu, penelitian arsip internasional yang ekstensif menghasilkan koleksi lebih dari 984 dokumen sejarah, termasuk peta dan gambar Jeddah yang bersejarah. Saat ini mereka sedang menjalani kajian mendalam.
Program Distrik Bersejarah Jeddah dan Komisi Warisan berkolaborasi untuk mengawasi dokumentasi, registrasi, dan pelestarian artefak arkeologi yang ditemukan di Jeddah Bersejarah. Penemuan ini terdaftar dalam Daftar Arkeologi Nasional, dan database ilmiah dibuat untuk melestarikan informasi terkait artefak yang ditemukan.
Pada November 2020, survei dan penggalian arkeologi menghasilkan temuan penting. Antara lain 11.405 pecahan gerabah seberat 293 kg, 11.360 tulang hewan seberat 107 kg, 1.730 cangkang kerang seberat 32 kg, 685 bahan bangunan seberat 87 kg, 187 artefak kaca seberat 5 kg, dan 71 artefak logam seberat 7 kg.
Berat gabungan temuan arkeologis ini adalah 531 kg. Semua adalah barang berharga bagi penemuan arkeologi Arab Saudi.