REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Perludem, Khoirunnisa Nur Agustyati mengungkap sejumlah alasan keterwakilan perempuan dalam Pemilu 2024 masih tergolong minim. Salah satunya, kurangnya persiapan dan pendampingan dari partai politik kepada perempuan yang ingin berkiprah di kancah politik.
Khoirunnisa atau akrab disapa Ninis mengatakan saat ini masih banyak parpol yang belum mampu memenuhi kuota 30% sebagaimana ditetapkan dalam aturan KPU. Perempuan-perempuan yang terjun ke politik melalui jalur calon legislatif menurutnya kerap mendapat diskriminasi dari partainya sendiri. Bahkan caleg-caleg perempuan kerap harus berjuang sendiri tanpa pendampingan dari partai agar bisa lolos ke parlemen.
"Perempuan yang telah masuk ke kancah politik itu benar-benar harus berjuang sendiri. Tidak ada pendampingan. Sebagai contoh saat kampanye, mereka harus berkampanye sendiri. Tak ada pendampingan bagaimana seharusnya berkampanye yang baik sesuai perspektif perempuan," kata Ninis dalam keterangan pers pada Kamis (8/2024).
Ninis juga menyoroti beberapa hambatan yang kerap dihadapi perempuan saat akan masuk ke dunia politik. Mulai dari budaya patriarki, regulasi, hingga pandangan-pandangan bernuansa keagamaan yang melahirkan stereotip untuk tidak memilih pemimpin perempuan.
"Hambatan perempuan untuk masuk ke politik ini masih banyak. Sehingga perempuan masih termarjinalkan padahal dari sisi jumlah penduduk kita nyaris sama," ujar Ninis.
Ninis menegaskan partai politik harus membentuk sistem kaderisasi perempuan secara lebih massif. Tujuannya untuk meningkatkan kuantitas serta kualitas perempuan dalam kancah politik.
"Parpol punya peran yang besar. Ketika kita mengadvokasi dihadapkan pada pertanyaan kualitas perempuannya ini kayak apa. Kalau bicara kualitas, perempuan dan laki-laki harusnya disamakan. Setiap parpol kan punya sayap-sayap perempuan yang menjadi kanal untuk merekrut perempuan dan meningkatkan kualitas perempuan," ucap Ninis.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Kaukus Perempuan Parlemen, Diah Pitaloka. Dia menyoroti terkait pentingnya pendampingan parpol kepada perempuan yang ingin berkiprah di dunia politik. Sebab, selama ini perempuan punya peran dan posisi strategis dalam pemerintahan.
"Perempuan ini kan perspektifnya lain, ya. Dia lebih peka, detail, dan humanis. Ada ruang atau bidang-bidang tertentu yang dinilai perempuan lebih mampu dan aware, misalnya terkait menyusun kebijakan-kebijakan yang emansipatif, egaliter, dan inklusif," ujar Diah.
Diketahui, pernyataan Ninis dan Diah disampaikan dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema ‘Dukung Perempuan dalam Pemilu 2024,’.