Jumat 09 Feb 2024 20:34 WIB

Menunggu Hasil Persaingan Sengit di Pemilu Pakistan

Jarang Pakistan menunda mengumumkan hasil pemilihan umum.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang petugas TPS memotong segel untuk menghitung suara di TPS saat pemilihan umum berakhir, di Peshawar, Pakistan, (8/2/2024).
Foto: EPA-EFE/ARSHAD ARBAB
Seorang petugas TPS memotong segel untuk menghitung suara di TPS saat pemilihan umum berakhir, di Peshawar, Pakistan, (8/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Media Pakistan melaporkan pendukung mantan perdana menteri Imran Khan unggul dalam penghitungan suara sementara dalam memperebutkan kursi di parlemen. Laporan ini disampaikan setelah penghitungan sempat tertunda yang menurut pemerintah disebabkan penangguhan layanan jaringan telepon genggam.

Geo News melaporkan Seorang petugas TPS memotong segel untuk menghitung suara di TPS saat pemilihan umum berakhir, di Peshawar, Pakistan, (8/2/2024). yang sudah dihitung. Dari 265 kursi yang diperebutkan.

Baca Juga

Komisi Pemilihan Umum Pakistan (ECP) sudah mengumumkan 70 hasil resmi. Sebanyak 24 kursi didapatkan kandidat independen.

Partai Pakistan Peoples Party yang dipimpin Bilawal Bhutto Zardari, putra mantan perdana menteri Benazir Bhutto juga mendapatkan 24 kursi. Sementara partai Pakistan Muslim-League-Nawas (PML-N) yang dipimpin mantan perdana menteri Nawaz Sharif memenangkan 18 kursi.

Sisanya diraih partai-partai kecil. Khan yang saat ini mendekam di penjara dan partainya Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) dilarang mengikuti pemilihan umum, sehingga pendukungnya maju sebagai kandidat independen.  

Pengamat memprediksi akan sulit untuk menetapkan pemenangnya. Sementara itu, Pakistan yang masih menghadapi krisis ekonomi juga dilanda lonjakan kekerasan milisi yang dipicu lingkungan yang sangat terpolarisasi secara politik.

"Pengumuman hasil pemilu yang tepat waktu mengarah pada pembentukan pemerintahan baru yang lancar akan mengurangi ketidakpastian kebijakan dan politik, ini sangat penting bagi negara yang menghadapi sedang menghadapi kondisi ekonomi makro yang sangat menantang," kata perusahaan investasi, Moody's Investor Service, Jumat (9/2/2024).

Jarang Pakistan menunda mengumumkan hasil pemilihan umum. Indeks saham Karachi dan obligasi pemerintah Pakistan jatuh karena ketidakpastian ini. Sekretaris Khusus ECP Zafar Iqbal mengatakan "masalah internet" menjadi alasan penundaan tersebut. Namun, ia tidak menjelaskannya lebih lanjut.

Sebelum hari pemungutan suara pemerintah Pakistan mengumumkan akan menangguhkan layanan jaringan telepon genggam atas alasan keamanan. Sebagian sudah dipulihkan kembali.

Diperkirakan persaingan sengit akan terjadi antara para kandidat yang didukung Khan dan PTI yang memenangkan pemilu nasional terakhir, dan PML-N dari Sharif. Khan yakin militer yang sangat berpengaruh di Pakistan, merupakan dalang tindakan keras untuk menyingkirkan partainya.

Sementara pengamat dan oposisi mengatakan Sharif didukung oleh para jenderal. Militer mendominasi negara bersenjata nuklir ini baik secara langsung maupun tidak langsung sejak Pakistan merdeka 76 tahun yang lalu, namun selama beberapa tahun ini militer menyatakan mereka tidak mencampuri urusan politik.

Sharif yang dianggap banyak pengamat sebagai kandidat kuat, menepis diskusi mengenai hasil pemilu yang tidak jelas. Namun seorang pembantu dekatnya, Ishaq Dar, mengatakan PML-N dapat membentuk koalisi dengan dukungan dari kandidat independen. "Saya yakin kami akan membentuk sebuah pemerintahan," kata Dar pada stasiun televisi GEO TV.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement