REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dokter bedah asal Gaza dan residen di Texas Tech University Osaid Alser mengatakan ia tidak pernah melihat aktivitas militer saat bekerja di beberapa pusat medis di Gaza sejak 2010. Termasuk al-Shifa dan Nasser. "Ketika kita membicarakan terowongan dan semua itu, saya pikir ini propaganda Israel yang pada titik ini semua orang sudah terbiasa dengannya," kata Alser pada Aljazirah, Ahad (18/2/2024).
"Semua orang yang bekerja di rumah sakit-rumah sakit ini, mereka dapat dengan mudah mengatakan tuduhan itu tidak masuk akal, akses kami tidak pernah dibatasi di area-area tertentu di rumah sakit-rumah sakit ini, kami dapat pergi ke area mana pun di rumah sakit dan tidak ada yang menghentikan kami," tambahnya.
Sebelumnya pada Jumat (16/2/2024), Hamas membantah menempatkan pejuang atau senjatanya di dalam Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. Bantahan ini disampaikan setelah Israel menuduh kelompok itu dengan mengatakan mereka menemukan pejuang dan senjata di rumah sakit tersebut.
"Sudah berulang kali kami katakan kebijakan perlawanan Palestina kami adalah menjauhkan institusi publik dan sipil dan sektor kesehatan dari aktivitas militer," kata Hamas dalam pernyataannya.
"Dalam beberapa kesempatan berulang kali kami meminta PBB dan organisasi relevan untuk membawa komite internasional memeriksa rumah sakit dan membuktikan narasi Israel adalah kebohongan. Tapi permintaan kami tidak pernah didengar," lanjut Hamas.
Sebelumnya juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan serangan ke Rumah Sakit Nasser mengarah pada penangkapan lusinan "teroris." Ia mengatakan di dalam rumah sakit pasukan Israel menemukan senjata termasuk mortir dan granat pada orang-orang yang ditahan.
Hagari mengatakan beberapa orang yang ditahan terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023, termasuk seorang supir mobil ambulans. Militer Israel juga mengatakan mereka yakini terdapat jenazah sandera Israel di suatu tempat di bawah tanah Rumah Sakit Nasser dan itu salah satu alasan pasukannya terlibat dalam "operasi terbatas dan presisi" di fasilitas kesehatan itu.
Belum ada bukti terdapat jenazah para sandera di dalam rumah sakit. Hagari juga mengatakan tidak ada kewajiban bagi pasien atau staf untuk melakukan evakuasi dari rumah sakit dan militer agar tidak melukai warga sipil tak bersalah.