REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan pemerintah akan memberikan insentif khusus dan mengakomodir kebutuhan investor yang memang berminat mengambil beberapa blok migas jumbo, khususnya di Indonesia Timur.
"Ada, kalau Blok Warim iya. Kita akan duduk bareng dengan yang berminat. Bagaimana ekonomisnya, kira kira apa yang dibutuhkan. Kita akan serius dalam hal itu," kata Tutuka di LEMIGAS, Selasa (20/2/2024).
Tantangan pengembangan Blok Warim saat ini adalah minimnya infrastruktur. Kata dia, medan yang di pedalaman dan minimnya infrastruktur membuat investasi semakin besar.
"Memang costly sekali karena infrastrukturnya belum ada. Jadi kalau ada yang berani kita sih terbuka saja," kata Tutuka.
Opsi untuk mendelegasikan Pertamina menggarap Blok Warim pun kata Tutuka tidak mungkin. Kata dia, Pertamina perlu menggandeng perusahaan migas lain yang memiliki kapasitas investasi yang besar.
"Pertamina misalnya nggak berani sendiri, berani sama orang lain silahkan, pertamina nggak mau dan yang lain mau silahkan," kata Tutuka.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat lima wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) dalam penawaran WK migas tahun 2023 belum laku. Blok migas yang belum laku tersebut di antaranya merupakan blok 'raksasa' yakni Natuna D-Alpha, Akimeugah I dan Akimeugah II atau disebut Blok Warim.
Blok Warim sendiri merupakan lapangan migas yang memiliki potensi yang besar. Diperkirakan memiliki potensi 25.968 juta barel minyak (MMBO) dan 47,27 triliun kaki kubik gas (Tcf).