REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakin penyaluran kredit atau pembiayaan berkelanjutan akan terus meningkat. Meskipun begitu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan akan ada sejumlah tantangan yang akan dihadapi oleh perbankan, khususnya pembiayaan yang disalurkan kepada sektor energi baru terbarukan (EBT) juga masih dalam kompilasi.
"Beberapa tantangan tersebut salah satunya yakni risiko proyek. Investasi dalam proyek EBT seringkali melibatkan risiko yang lebih tinggi dari pada proyek-proyek konvensional," kata Dian, Kamis (22/2/2024).
Dia menjelaskan, dalam investasi proyek EBT terdapat faktor-faktor seperti ketidakpastian persediaan SDA seperti bahan tambang. Begitu juga dengan faktor eksternal seperti bencana alam dapat meningkatkan risiko proyek.
Lalu tantangan lainnya yakni kurangnya data dan pengalaman. Dian mengungkapkan, saat ini data yang dimiliki industri perbankan terkait EBT masih terbatas dan juga belum memiliki banyak pengalaman dalam menilai risiko kredit yang terkait dengan proyek EBT.
Tantangan lain yang akan dihadapi perbankan yakni proyek-proyek EBT memerlukan pembiayaan jangka panjang. "Tidak semua bank memiliki likuiditas yang sesuai untuk memberikan kredit atau injaman dengan tenor yang cukup panjang," tutur Dian.
Meskipun begitu, Dian memastikan saat ini OJK terus berupaya mendorong industri perbankan secara bertahap mulai mengatasi tantangan tersebut. Hal itu melalui penyelenggaraan capacity building untuk peningkatan pemahaman perbankan tentang risiko pembiayaan pada proyek EBT.
"Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, diharapkan bahwa industri perbankan dapat lebih aktif dalam menyalurkan kredit ke sektor EBT dan mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan," ungkap Dian.