REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunikasi yang terbuka dan nyaman dengan orang tua dinilai sebagai salah satu cara untuk mencegah anak terlibat dalam bullying atau perundungan, baik sebagai korban maupun pelaku. Praktisi kesehatan masyarakat dr Reisa Broto Asmoro mengatakan orang tua bisa mengajak anak berbicara seputar apa yang mereka anggap sebagai perilaku baik dan buruk di sekolah, di lingkungan, maupun di media sosial.
Dalam Siaran Sehat dengan topik "Jaga Anak Kita Dari Bullying" yang disiarkan Kementerian Kesehatan, dia menyebut perundungan adalah sebuah masalah yang kompleks. Untuk itu, butuh penyelesaian yang menyeluruh, yang meliputi semua aspek kehidupan sosial anak, mulai dari lingkaran pertemanannya, keluarga, sekolah, hingga masyarakat.
Keluarga, kata dia, dapat melakukan pencegahan dengan cara mengadopsi pola asuh yang sarat akan cinta kasih, serta menanamkan nilai-nilai agama dalam diri anak. "Karena kan keagamaan ini juga mengajarkan tidak ada perundungan," kata dia, Senin (26/2/2024).
Reisa mengatakan selain lingkungan yang penuh rasa sayang dan aman, rasa percaya diri anak juga perlu dibangun, serta ketegasan, etika, dan empati agar anak peduli terhadap sesamanya.
"Kita harus bisa menciptakan dorongan kepada anak untuk bisa melawan perundungan yang menimpanya atau temannya," ujarnya.
Untuk membangun kepedulian anak, kata dia, mereka perlu diajak dalam kegiatan-kegiatan positif di lingkungan sekitar. "Dan jangan ragu untuk memberikan teguran saat dia melalukan kesalahan. Ini yang sering kali terlewatkan," kata Reisa.
Dia mengatakan, sering kali keluarga, karena terlalu sayang anaknya, malah membiarkan kesalahan yang diperbuat mereka. Padahal teguran diperlukan agar mereka tahu bahwa mereka telah melanggar norma-norma sosial.
Selain itu, anak juga perlu diajari cara memilih teman yang tepat, dan pergaulannya perlu diawasi. Hal ini agar dia tidak terlibat dalam kelompok bermain yang suka merundung.
Menurut Reisa, penggambaran perundungan di internet atau media hiburan, seperti film, sebagai sesuatu yang keren, juga dapat mempengaruhi persepsi anak. Oleh karena itu, dia menjelaskan bahwa orang dewasa perlu melakukan pendekatan dan mengedukasi mereka.
"Sekolah sebagai tempat di mana perundungan banyak ditemukan, perlu menegaskan bahwa mereka tidak menerima perilaku itu, dan perlu ada kebijakan antiperundungan guna memberikan rasa aman bagi anak," ujarnya.