REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bank Mega Syariah (BMS) Yuwono Waluyo mengungkapkan, perseroan akan segera mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun, proses initial public offering (IPO) yang dibutuhkan untuk bisa melantai di pasar saham adalah sekitar 2 sampai 3 tahun.
“Mudah-mudahan rencananya itu sesuai apa yang kami rencanakan jadi terealisasi (2026), InsyaAllah,” ujar Yuwono saat ditemui di Menara Mega Syariah Jakarta, Senin (26/2/2024).
Saat ini, BMS masih fokus memperbesar bisnisnya dengan memanfaatkan ekosistem dan nasabah korporasi. Di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti ini, pada tahun ini BMS memilih fokus untuk mengembangkan bisnis secara bertahap.
“Secara bertahap kami fokusnya, mengarah selalu getting growth,” ungkapnya.
Yuwono juga ikut memberikan pendapatnya perihal aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan perbankan syariah untuk melakukan konsolidasi dan spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS) bila aset sudah melebihi Rp 50 triliun. Terkini, UUS Bank Tabungan Negara atau BTN Syariah juga sedang menyiapkan akusisi bank Muamalat guna melaksanakan spin off.
Menurut Yuwono kedatangan para pemain baru bank akan turut mendorong market share perbankan syariah di Indonesia yang masih kecil dan memiliki potensi bisnisnya masih besar. OJK bahkan menyebut Indonesia harus memiliki setidaknya 2 hingga 3 BUS dengan skala aset sebesar Bank Syariah Indonesia (BSI).
“Jadi (kami tidak khawatir) karena marketnya (bank syariah) masih cukup besar untuk diambil, tinggal kami nguatin di literasi, pengetahuan tentang syariahnya. Jadi, men-switch antara yang emosional jadi rasional itu jadi sangat pengaruh. Toh (hadir pemain baru), bagus-bagus saja sih nanti dan makin kenceng lagi,” ujarnya.