Selasa 27 Feb 2024 09:43 WIB

Pertanian dan Makanan Minuman Halal Masih Tumbuh Positif Meski tak Setinggi 2023

Kinerja sektor pertanian tumbuh 1,24 persen secara tahunan pada 2023.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung memberikan meluncurkan buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 dan seminar nasional Sharia Economic and Financial Outlook (ShEFO) 2024 di Jakarta, Senin (26/2/2024). Bank Indonesia (BI) meluncurkan Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023. Peluncuran KEKSI ini merupakan upaya BI dalam mendukung mimpi Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dan industri halal terkemuka di dunia. KEKSI akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai pencapaian, pembelajaran dan arah kebijakan perekonomian syariah Indonesia ke depan. Bukan hanya sekedar laporan, buku ini disebut bisa menjadi rujukan utama bagi para akademisi, praktisi dan penggiat ekonomi syariah di seluruh Indonesia.
Foto: Republika/Prayogi
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung memberikan meluncurkan buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 dan seminar nasional Sharia Economic and Financial Outlook (ShEFO) 2024 di Jakarta, Senin (26/2/2024). Bank Indonesia (BI) meluncurkan Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023. Peluncuran KEKSI ini merupakan upaya BI dalam mendukung mimpi Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dan industri halal terkemuka di dunia. KEKSI akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai pencapaian, pembelajaran dan arah kebijakan perekonomian syariah Indonesia ke depan. Bukan hanya sekedar laporan, buku ini disebut bisa menjadi rujukan utama bagi para akademisi, praktisi dan penggiat ekonomi syariah di seluruh Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) resmi meluncurkan Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 pada Senin (26/2/2024). Dalam buku tersebut, ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) Indonesia pada 2023 melanjutkan pertumbuhan positif yang didorong kinerja sektor unggulan halal value chain (HVC) tumbuh sebesar 3,93 persen secara tahunan.

Secara keseluruhan, sektor unggulan HVC menopang hampir 23 persen dari ekonomi nasional. Secara berurut dikontribusikan oleh sektor pertanian dan makanan dan minuman halal, pariwisata ramah muslim (PRM), dan fesyen muslim.

Baca Juga

Dikutip dari buku KEKSI 2023, sektor pertanian dan makanan halal mencatatkan pertumbuhan positif. Hal tersebut didukung produksi yang relatif baik serta masih kuatnya permintaan masyarakat.

Kinerja sektor pertanian tumbuh 1,24 persen secara tahunan pada 2023. Capaian tersebut relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 1,96 persen secara tahunan.

Perkembangan tersebut didorong kinerja subsektor perikanan seiring meningkatnya produksi dan ekspor ikan tangkap serta subsektor tanaman hortikultura karena meningkatnya produksi aneka buah. Kesejahteraan petani juga cenderung membaik,

tercermin dari nilai tukar petani (NTP) yang tumbuh membaik sejak awal 2023, terutama subsektor tanaman pangan dan perkebunan rakyat.

Di sisi lain, sektor makanan dan minuman halal pada 2023 tumbuh kuat mencapai 4,47 persen secara tahunan. Capaian tersebut tidak setinggi pada 2022 yang tumbuh 4,90 persen secara tahunan.

Hal tersebut didukung masih kuatnya permintaan masyarakat serta masih kuatnya ekspor makanan minuman halal. Selain itu, kinerja makanan dan minuman halal juga didukung pencapaian sertifikasi halal yang semakin masif, baik di level pusat maupun daerah.

Pencapaian tersebut didorong program Sehati Sertifikasi Halal Gratis dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Program tersebut memudahkan Usaha Mikro Kecil (UMK) melakukan pendaftaran mandiri (self declare) hingga terbit sertifikat halal melalui aplikasi SiHalal.

Perkembangan positif sektor pertanian serta makanan dan minuman halal juga didukung digitalisasi perdagangan yang semakin digemari oleh masyarakat. Nilai transaksi makanan dan minuman halal melalui kanal digital atau e-commerce tercatat masih kuat. Meskipun begitu, pertumbuhannya tidak setinggi 2022.

Berdasarkan statistik e-commerce BPS 2022/2023, meski aktivitas transaksi secara fisik atau offline masih mendominasi mode transaksi belanja masyarakat, namun pergeseran ke arah transaksi digital semakin tak terelakkan. Hal itu dengan transaksi kelompok makanan dan minuman dan bahan makanan mencapai 43 persen dari total transaksi e-commerce.

Dari sisi eksternal, performa neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Realisasi ekspor dan impor makanan dan minuman halal hingga November 2023 mencapai 40,5 miliar dolar AS dan 22,5 miliar dolar AS sehingga masih mencatatkan net ekspor sebesar 18 miliar dolar AS.

Meskipun begitu, kinerja realisasi tersebut tidak sekuat periode yang sama pada 2022. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian geopolitik karena belum usainya perang Rusia-Ukraina serta ekskalasi aneksasi Israel terhadap Palestina.

Menurunnya kinerja ekspor makanan-minuman halal terutama dipengaruhi menurunnya kinerja ekspor minyak kelapa sawit. Hal itu termasuk di dalamnya CPO, minyak goreng, shortening, dan turunan produk antara kelapa sawit.

Net ekspor Indonesia dengan negara OKI hingga November 2023 juga tetap mencatatkan surplus, meski kinerjanya tidak sekuat periode yang sama tahun sebelumnya. Komoditas utama ekspor Indonesia ke negara anggota OKI yaitu produk lemak dan minyak hewani atau nabati dan produk turunannya, dan lemak siap saji yang dapat dimakan.

Sementara produk bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk penyulingannya masih menjadi komoditas utama impor Indonesia. Di sisi lain, pangsa ekspor dan impor Indonesia terhadap negara OKI masih sekitar 12 persen dan enam persen, relatif sama dengan 2022.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement