REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat luas lahan panen padi di provinsi itu pada 2023 mencapai 970 ribu hektare lebih dengan produksi padi sebesar 4,88 juta ton gabah kering giling (GKG).
"Untuk produksi padi 4,88 juta ton gabah kering giling itu jika dikonversikan menjadi beras sekitar 2,80 juta ton," kata Kepala BPS Sulsel Aryanto.
Aryanto mengatakan, puncak panen padi pada 2023 selaras dengan 2022 yaitu terjadi pada bulan April. Luas panen padi pada April 2023 adalah sebesar 157,03 ribu hektare.
Dia menyatakan pada April 2022 luas panen padi mencapai 199,36 ribu hektare.
Sementara luas panen padi pada Januari 2024 mencapai 6,66 ribu hektare, dan potensi panen sepanjang Februari hingga April 2024 diperkirakan seluas 238,67 ribu hektare.
"Dengan demikian, total luas panen padi pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan mencapai 245,33 ribu hektare, atau mengalami penurunan sekitar 81,44 ribu hektare (24,92 persen) dibandingkan luas panen padi pada Subround Januari−April 2023 yang sebesar 326,77 ribu hektar," katanya.
Untuk produksi padi di Provinsi Sulawesi Selatan sepanjang Januari hingga Desember 2023 mencapai sekitar 4,88 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sebanyak 483,78 ribu ton GKG (9,03 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 5,36 juta ton GKG.
Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 803,56 ribu ton GKG sementara produksi terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu sekitar 108,88 ribu ton GKG
Sementara itu, peningkatan produksi padi yang cukup besar pada 2023 terjadi di beberapa wilayah potensi penghasil padi seperti Kabupaten Bone yang memproduksi 486.323 ton, Wajo (366.576 ton), Sidrap (277.661 ton) dan Pinrang 260.586 ton.
Ia menyebut tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Kota Parepare hanya produksi 2.213 ton, Kabupaten Kepulauan Selayar (3.687 ton) dan Kota Makassar 7.407 ton.
Selain itu, Aryanto menjelaskan sejak 2018 BPS telah bekerja sama dengan beberapa lembaga dalam penyempurnaan penghitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA).
Lembaga tersebut yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang kini bergabung dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kemudian Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), serta Badan Informasi dan Geospasial (BIG).
Dia mengatakan KSA memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari LAPAN dan digunakan BIG untuk mendelineasi peta lahan baku sawah yang divalidasi dan ditetapkan oleh Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.
Penyempurnaan dalam berbagai tahapan penghitungan produksi beras telah dilakukan secara komprehensif tidak hanya luas lahan baku sawah saja, tetapi juga perbaikan penghitungan konversi gabah kering menjadi beras.