Selasa 05 Mar 2024 17:33 WIB

Gubernur BI: Indonesia Harus Tetap Optimistis, Tapi Waspada

BI sedang siapkan proof of concept penerapan fase pertama rupiah digital.

Red: Lida Puspaningtyas
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo
Foto: Republika/ Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa Indonesia harus tetap optimis melihat pertumbuhan ekonomi domestik ke depan, namun semua pihak perlu waspada mengingat ketidakpastian kondisi perekonomian global.

“Indonesia akan terus menjadi salah satu negara dengan kinerja perekonomian terbaik di dunia tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Namun, kita tetap harus waspada karena adanya ketidakpastian global,” ujar Perry Warjiyo, di Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Baca Juga

Ia optimis bahwa Indonesia akan mampu melanjutkan reformasi struktural serta menjaga pertumbuhan ekonomi domestik tetap tinggi dan stabil.

Menurutnya, kinerja apik perekonomian Indonesia yang mampu tumbuh di atas 5 persen pascapandemi pada 2022 dan 2023 merupakan hasil dari koordinasi yang baik antara berbagai pemangku kepentingan serta perumusan kebijakan yang berkelanjutan dan penuh kehati-hatian.

“Kami melanjutkan pengambilan kebijakan fiskal dan moneter dengan hati-hati. Kami juga meneruskan reformasi struktural dan kerja sama yang baik antara bank sentral dan pemerintah,” ujar Perry.

Ia menyampaikan bahwa arah kebijakan BI masih pro-stabilitas untuk memastikan inflasi terjaga dan nilai tukar rupiah bergerak stabil melalui bauran berbagai kebijakan, seperti pengembangan pasar uang, inklusi ekonomi, ekonomi hijau, dan sebagainya.

Selain bauran kebijakan, dia menuturkan bahwa pihaknya juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di angka 6 persen agar inflasi dan nilai tukar terjaga.

“Kami sedang mencari ruang untuk menurunkan suku bunga acuan pada semester kedua nanti jika inflasi terkendali dan kami percaya bahwa rupiah juga akan terapresiasi pada semester kedua,” katanya lagi.

Perry juga mengatakan bahwa pihaknya berupaya untuk memasifkan digitalisasi keuangan dan perbankan untuk mendorong kinerja perekonomian Indonesia.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan tingkat digitalisasi tertinggi di dunia, salah satunya dilihat dari jumlah transaksi e-commerce yang mencapai Rp 500 triliun pada 2023.

Selain itu, hampir 30 bank besar di Indonesia telah memiliki layanan perbankan digital. Indonesia juga mengembangkan transaksi lintas batas bersama negara-negara anggota ASEAN lainnya melalui ASEAN Payment Connectivity.

Ia mengatakan bahwa konektivitas pembayaran tersebut telah diterapkan dengan Malaysia, Singapura, serta Thailand, dan akan diperluas dengan India, Jepang, dan China.

BI juga sedang menyiapkan proof of concept untuk penerapan fase pertama dari rupiah digital sebagai mata uang digital resmi Indonesia.

“Kami masih mempertimbangkan teknologi yang sesuai. Nantinya pada fase pertama, kami akan menerbitkan rupiah digital untuk perdagangan grosir (wholesale),” ujar Perry pula.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement