Senin 11 Mar 2024 17:50 WIB

Siti Zuhro Pertanyakan Kemenangan PDIP di Bali tak Sebanding dengan Ganjar-Mahfud

Peneliti BRIN Siti Zuhro pertanyakan kemenangan PDIP di Bali tapi tidak dengan Ganjar

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Peneliti Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro. Peneliti BRIN Siti Zuhro pertanyakan kemenangan PDIP di Bali tapi tidak dengan Ganjar.
Foto: Prayogi/Republika.
Peneliti Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro. Peneliti BRIN Siti Zuhro pertanyakan kemenangan PDIP di Bali tapi tidak dengan Ganjar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro menilai adanya anomali pada teori efek ekor jas atau coat tail effect di Pemilu serentak 2024 yang terjadi di Bali yang menempatkan PDIP juara sementara paslon capres-cawapres Ganjar-Mahfud kalah. Menurut Siti, anomali itu terjadi seiring dengan kuatnya dugaan pelanggaran hukum dalam Pemilu 2024.

Siti turut mempertanyakan fenomena tersebut karena teori efek ekor jas atau coat tail effect ternyata tidak berlaku di Provinsi Bali dalam Pilpres dan Pileg 2024. Hasil Pileg yang menempatkan PDIP berada di posisi unggul rupanya tidak satu jalan dengan perolehan suara Pilpres paslon yang diusungnya, Ganjar-Mahfud.

Baca Juga

Pasalnya, berdasarkan studi empirik Pilkada di ribuan provinsi, kabupaten, dan kota menunjukkan bahwa dalam Pilkada yang menentukan kemenangan adalah sosok calon kepala daerah. Sosok calon sangat menentukan, sedangkan parpol hanya menyempurnakan kemenangan.

Namun, dalam Pemilu serentak 2024 terkesan menunjukkan anomali. Sebab, asumsinya dengan teori tersebut, dalam Pemilu serentak 2024 semestinya partai-partai yang mengusung atau mendukung calon pemimpin bisa memenangkan Pilpres akan mendapatkan efek ekor jas.